Riska, Zia dan Naya segera membawa Lea ke puskesmas. Setelah ditangani dokter, ia terlelap tidur. Di sana hanya ada Naya yang menjaganya, saat itu Riska sedang melapor ke Ustazah Halimah sedangkan Zia kembali ke kobong untuk mandi.
Untuk membunuh kebosanan Naya membuka handphone-nya yang kebetulan diizinkan, saat itu banyak notif chat dari Ayah, Ibu, Fikri, grup besar keluarga, bahkan telepon dari teman-temannya. Naya tak memperdulikannya ia menghapus notif itu dan memilih scroll sosial media.
'Plak, plak, plak' Naya terdiam, ia memperjelas pendengarannya, suara langkah kaki tanpa alas itu lalu muncul lagi. Naya mulai mengedarkan pandangannya dan ia baru tersadar di sana sunyi, puskesmas itu memang dikhususkan untuk pesantren dokternya pun tidak bertugas tetap di sana, hanya datang sesekali atau kalau ada yang sakit, jadi saat itu Naya hanya berdua dengan Lea yang terlelap.
Tiba-tiba tirai pembatas di depannya bergerak-gerak, Naya lalu berdiri terlihat sepasang kaki kotor tanpa alas di bawah tirai. Dengan menahan nafas, perlahan Naya mendekat walau hatinya mulai was-was tetapi ia harus memastikan atau dirinya akan cemas seharian. Setelah tepat di depan tirai, gadis itu langsung menyibak kain pembatas, tidak ada siapa-siapa di sana, bahkan kaki tadi juga hilang. Naya membalikan badannya dan seketika ia hampir menjerit saat menemukan Zia sudah berdiri menatapnya bingung.
"Lo kenapa Nay? Sakit juga?"
"Enggak, aku gak kenapa-napa kok." Naya masih mengatur nafasnya.
"Yaudah, gantian gue yang jagain Lea, lo kalo mau istirahat atau mandi sekarang aja."
Naya mengangguk dan segera pergi.
*****