Naya berjalan dengan gelisah, sesekali ia berhenti dan menengok ke belakang ia merasa ada yang mengikuti tapi tidak ada apa-apa hanya hembusan angin yang menerbangkan dedaunan dan kerudungnya.
Di sisi lain Aron dan dua teman sekamarnya berjalan dengan masih menenteng handuk serta peralatan mandinya.
"Ron, kita mau ke mana sih? Ini juga kenapa kita gak simpen ini dulu di kobong? Malu tau diliatin orang." Dion menutupi setengah wajahnya dengan handuk.
"Ke kobong santriwati."
"Hah, gila lo, mau ngapain? Jangan bilang mau ngintip?" Aron menggeplak tangan Ronal yang seenaknya bicara.
"Mulut lo ya sejeplaknya aja. Gue cuma mau mastiin sesuatu, lagian kita cuma sampe gerbang pembatas doang kok gak masuk gedung." Merekapun lanjut berjalan dengan terburu-buru.
Naya masih berjalan dengan tergesa-gesa. "Nayaa..." Suara pelan dan berat mengalihkan perhatiannya, ia berhenti matanya mengitari area sekitar, tapi tak ada siapapun sebab sebagian besar santriwati sedang ada kelas, hanya hembusan angin yang menerbangkan dedaunan. Ia semakin mempercepat langkahnya, hingga sebuah ranting mengenai pundaknya.
"Hey, hey, hey. Nayaa." Lagi-lagi ia mendengar suara yang memanggil namanya. Naya kembali mengedarkan pandangan dan kali ini dua bola mata gadis itu menangkap tiga pemuda badung yang sedang nongkrong di atas tembok pembatas.
Aron melambaikan tangannya, tetapi dibalas tatapan datar. Karena tidak mendapat respon yang diinginkan, Aron nekat turun, untung saja posisi mereka berada di belakang bangunan kobong santriwati jadi kalau sedang kelas tidak ada siapa-siapa. Pemuda itu mendekati Naya diikuti dua teman setianya.
"Saya manggil dari tadi, kamu gak denger?" Aron meminta penjelasan pada gadis di depannya.
Naya memperhatikan mereka satu persatu, ia mulai berpikir kalau ketiganya benar-benar aneh karena membawa handuk dan peralatan mandi ke sana, "Denger, cuma ngapain sih santri masuk ke area santriwati? Kalian mau ngapain? Mau numpang mandi? Kalo macem-macem aku laporin Riska."
"Tenang dulu, kita bukan mau numpang mandi, ini kebetulan tadi habis dari kamar mandi dan ada tragedi jadi langsung ke sini, kita juga gak akan macem-macem, cuma mau tanya aja, kamu diganggu hantu gak?"
"Ih apaan sih dateng-dateng nanyain hantu. Di pesantren mana ada hantu, gak jelas banget."
Aron terdiam sejenak, "Jangan salah paham, cuma semenjak di kuburan itu mata batin saya kebuka lagi, saya ngeliat sesuatu ngikutin kalian waktu itu, dan tadi sesuatu itu datengin saya, mirip kamu."
Naya tersentak ia teringat perkataan Lea yang mengaku diganggu hantu yang mirip dirinya serta gangguan hantu di puskesmas tadi.