Suasana langit yang begitu cerah tetapi bernuansa kelam tetap tidak berubah dalam pandangan Naya, begitupun Sabana yang sudah berulang kali ia lihat. Angin yang berhembus pun terasa sama, seolah gadis itu terjebak di dimensi ruang dan waktu yang sama. Ia mengedarkan pandangan sebab yakin bahwa di tempat itu pasti ada si pria.
Benar saja, sosok itu semakin mendekat dalam penglihatannya sosok itu adalah laki-laki tampan, tapi tetap saja Naya merasakan aura menakutkan. Setelah saling berhadapan sosok itu mencengkram pundak Naya dan seketika ia terbangun tetapi seluruh tubuhnya tak dapat digerakan.
Dari sudut matanya ia dapat melihat Zia dan Lea pergi membawa peralatan mandi. Sementara itu Riska mendekatinya, Naya semakin ketakutan saat melihat di belakang Riska ada sosok berwajah hitam dengan mata merah dan taring di bibirnya persis seperti yang dilihat Aron dulu. Naya menangis ia berusaha terbangun tetapi tetap tak bisa.
Di mata Riska, Naya seperti orang yang hendak kejang, matanya membelakak menatap ke arahnya tetapi seolah tubuhnya ada yang menahan. Riska menaiki beberapa anak tangga lalu berusaha membangunkan teman sekamarnya yang tidur di ranjang atas. Menyadari raut ketakutan Naya, Riska lalu membaca ayat kursi dan segera mengusapkannya ke wajah Naya. Seketika gadis itu terbangun sambil menangis. Mereka turun dari ranjang atas, dan Naya langsung memeluk Riska sambil menangis.
"Riska, aku diganggu hantu, mukanya item dan senyum sama aku. Aku takut Riska." Naya semakin histeris menangis.
"Tenang dulu, mungkin kamu cuma mimpi buruk." Riska mencoba menenangkan.
"Enggak, bukan, aku ngeliat dia ada di belakang kamu tadi."
Mendengar itu Riska terdiam, tak dapat dipungkiri ia juga mulai merasa takut. Perlahan matanya mulai mengitari ruangan itu hanya untuk memastikan, hingga sampai di sebuah cermin besar. Sebuah sosok berwajah hitam dengan mata merah tersenyum menatapnya menampilkan taring tajam yang mengerikan.
"Astaghfirullah." Riska segera mengalihkan pandangannya.
"Udah Nay, ayok kita bersiap ke mesjid." Merekapun pergi dari tempat itu.
*****
Langit pagi itu sedikit mendung, Zia menatap awan yang berwarna abu dari jendela kamar, angin sejuk menerpa wajahnya.