Tak seperti biasanya, Aron hanya terdiam menatap jendela. Ronal dan Dion yang sedang melipat pakaian mulai khawatir, mereka berpandangan dan saling tukar kode.
"Ron, lo masih diem di raga kan?" Ronal memulai percakapan.
"Hmm."
"Ron, kalo lo dikasih satu pisang lo apain?" Dion berniat menguji sahabatnya itu.
"Gue kupas terus pisangnya gue buang kulitanya gue makan."
Ronal dan Dion kompak menghela nafas lega sembari memegang dada, "Alhamdulillah lu masih normal berarti Ron. Coba baca Al-Baqarah." Ronal menambahkan
"Gue cuma lagi ngelamun bukan kesurupan." Aron terlihat mulai kesal.
"Abisnya gak biasanya lo cuma diem ngeliatin jendela kayak gitu. Kita kan ngeri apalagi kalo inget perkataan si Jin kemarin. Kan serem."
Aron hanya menghela nafas mendengar perkataan Dion, "Gue cuma agak khawatir, kemarin gue ngeliat pandangan aneh Jin itu ke si Naya. Sebenarnya gue juga agak kepikiran omongan Jin itu ke gue apalagi tatapannya."
"Iya juga ya, gimana keadaan Naya sekarang? Kemarin Jin itu juga bilang gini 'Gadis ini milikku, kau tidak akan bisa memisahkanku dengannya' kek ngeri gak sih udah maen dihak milik aja."
"Dari pada lo pada cuma gosipin Jin itu." Dion melotot ke arah Ronal yang berbicara seenaknya, "Maksud gue gosipin si Naya, mending kita pastiin sekarang." Mereka saling berpandangan paham akan pikiran masing-masing.
*****