PERJANJIAN

Tira Riani
Chapter #15

Terperangkap

Jin dalam tubu Naya terperanjat, ia dapat merasakan segel yang mengurung Naya terbuka. Dengan segera mahluk itu meninggalkan tubuh Naya. Pak Kiyai mengetahui hal tersebut, ia segera berkomunikasi dengan para santri ghaibnya. Ketika Jin itu hendak pergi dari mushalla, seluruh santri menghadangnya mengelilingi setiap jendela dan pintu dengan tasbih yang tetap bergulir di tangannya. Tak mau kalah, Jin kafir itu menundukan kepala dan memerintahkan bawahannya untuk mencegah Naya pergi dengan telepati.

*****

Saat Naya dan Aron keluar kamar tempat itu menjadi gelap gulita, penerangan satu-satunya hanyalah dari lentera merah yang dipegang Aron. Mengetahui keanehan mulai terjadi, Aron melepaskan sarung yang mengalung di lehernya. "Pegang ini dengan erat, apapun yang terjadi jangan dilepas." Naya hanya mengangguk sembari memegang sarung itu dengan kedua tangannya.

Mereka lalu berjalan perlahan, di keheningan yang pekat itu terdengar suara langkah yang diseret. Naya mulai gelisah, nafasnya tak beraturan. Perlahan beberapa tangan hitam merayap di pundak gadis itu, saat menyadarinya Naya berteriak dan tangan itu justru mencengkram pundaknya.

Aron segera mengarahkan lentera itu pada Naya sembari membaca Ayat Kursi. Tangan-tangan itu terlempar seperti dipukul mundur. "Jangan takut Naya teruslah berdzikir." Naya yang sudah berurai air mata hanya mengangguk.

Mereka melanjutkan perjalanan dengan langkah yang lebih cepat, tetapi sebuah tangan justru memegang pergelangan kaki Aron hingga ia terjatuh begitu juga Naya. Dari arah belakang tangan-tangan lainnya mencengkram kaki Naya dan menariknya beruntung dengan cepat Aron berhasil mencengkram lengan baju gadis itu. Aron segera mengarahkan lenteranya sembari membaca, "Audzubikalimatillahi tammati min syarri maa khalaq." Tangan-tangan itu terlempar lagi. "Cepat berdiri, pegang lagi ini. Kita harus berlari sebelum mahluk itu datang lagi." Naya hanya menurut apapun yang dikatakan Aron.

Semakin cepat mereka berlari, suara-suara menakutkan terdengar, erangan, jeritan, tawa, semuanya menggema dalam kegelapan. Keduanya sudah sangat lelah, lorong itu seperti tanpa ujung. Aron terus menggumamkan do'a sembari membayangkan jalan keluar, sedangkan Naya terus berdzikir. Tanpa diduga akhirnya mereka melihat cahaya biru di ujung sana. Keduanya terus berlari hingga sampai di pemakaman artinya mereka berhasil keluar.

"Alhamdulillah." Aron menghela lega, berbeda dengan Naya yang justru bersembunyi di balik punggung Aron sembari terus memperhatikan sosok bergamis putih yang memegang lentera biru. "Tenang Nay, beliau adalah salah satu santri Pak Kiyai, beliau juga yang menunjukan jalan."

*****

Naya dan Aron dituntun sampai ke mushalla, saat itu Jin pesugihan melihat mereka. Ia hendak menyerang tetapi santri Pak Kiyai segera membuat pagar dengan melingkar dan terus berdzikir, Jin itu seperti terperangkap. Naya melihatnya dengan ngeri.

"Fokus Naya, kembalilah ke ragamu dan setelahnya jangan putus berdzikir." Aron menyadarkan lamunan gadis itu. Naya mengangguk dan segera mendekati raganya, saat menyentuh keningnya ia tersedot dan Naya kembali sadar. Ibu segera memeluk anaknya penuh suka cita.

Di sisi lain Aron juga melakukan hal yang sama, ia terbangun dan segera dipeluk dua sahabatnya dengan berurai air mata. "Ini belum selesai, Jinnya masih di sini. Ayok baca do'a." Ronal dan Dion segera melepaskan pelukannya dan mereka membaca Ayat Kursi berulang kali, begitupun dengan Ayah Naya.

Sementara itu Kang Firman justru membuka lemari yang berada tak jauh dari sana, ia mengeluarkan sebuah kendi yang bertuliskan bahasa Arab dan berisi seperempat air, tutup botol kendi yang terdiri dari kain yang bertuliskan do'a dalam Bahasa Arab serta sebuah kantung kain berwarna hitam. Semua itu ia bawa ke hadapan Pak Kiyai.

Di lain sisi Jin pesugihan itu juga tak mau kalah, Ia lalu duduk bertapa hendak mengeluarkan ajian saktinya. Pak Kiyai mengambil batu permata yang merupakan media tempat Jin itu bersemayam, ia membacakan ayat ruqyah lalu memasukannya ke dalam kendi sembari tetap membaca ayat ruqyah.

Tiba-tiba saja Jin pesugihan itu terseret sebelum ia menyelesaikan ajiannya, jiwanya perlahan masuk ke dalam kendi. Aron dapat mendengar jeritan yang mengerikan itu, ia terus membaca do'a sembari menutup kedua telinganya. Setelah Jin itu terkurung Pak Kiyai segera menutup kendinya dengan tutup yang telah disiapkan dan memasukannya ke dalam kantung hitam.

Lihat selengkapnya