"Dia berbahaya,"
Entah kenapa kata-kata itu saling tersangkut paut dikepalanya. Berkali-kali ia merasa pusing karena memikirkan dimanakah bahayanya. Cukup, itu membuat Elvan muak!
Elvan melirik beberapa tumpukan piring kotor yang dibawa Vian—Teman satu pekerjaannya. Vian melepas tali apron lalu menggantung tali tersebut diatas kepala.
"Masih banyak, Van. Semangat!" Vian pergi keluar dari tempat cuci piring untuk mengambil beberapa piring kotor lagi. Hari ini kafe lumayan ramai, dan Antonio tidak masuk karena sakit mendadak. jadi pekerjaan Elvan di double. Asalkan digaji, ia semangat.
Ini sudah dua jam ia tidak berkutik dari pekerjaannya. Tidak kemana-mana, dan fokus membersihkan.
Karena gelas berisi air lemon berada didekat gelas berisi sabun, Elvan hampir meminum sabunnya. Hampir ditelan, tapi ia segera memuntahkannya.
"Sialan, Eh, Astaghfirullah ... Gak boleh ngomong kotor. Oke, semangat! Bentar lagi pulang!" dengan kecepatan maksimal, Elvan membilas satu persatu piring-piring itu.
***
Tak terasa, ini sudah menunjukan pukul 8 malam. Restoran sudah tutup. Ia dan Vian berencana ke mall sebentar untuk refreshing.
"Cuy, kesono bentar yuk," Ajak Vian sambil menunjuk salah satu tempat makan dalam mall. Elvan mengangguk, lalu mereka berdua masuk ke dalam tempat makan. Sekali-kali merasakan jadi bos, kan?
Seorang waiter wanita datang ke meja mereka.
"Spagettinya satu, kentangnya satu, es teh manis satu, sama burger satu. Lu mau apa, Van?"
"Es teh manis aja,"
"Baik, sebentar ya, saya siapkan," balasnya. Waiter itu pergi ke arah dapur.
Sembari menunggu, Elvan bercakap-cakap dengan Antonio lewat whatsapp.
Keadaan lu gimana?
Baik kok. Cuma rada ngedrop
Aja
Gak usah maksain.
Kalo masih sakit, istirahat aja.
Gue sama Vian bakal gantiin lu
Oke sip, makasih ya.
Sementara Vian hanya bersenandung kecil. Poni rambut yang menutupi wajahnya berterbangan karena AC yang daya dinginnya cukup besar.
Samar-samar, Elvan dapat merasakan suara yang ia rasa pernah dengar. Akan tetapi, dimana?
"Iya sayang, aku janji bakal nikahin kamu secepatnya,"
"Janji loh, ya?"