Perjanjianmu Tahun Ini

Karine A.
Chapter #5

Chapter 4

Hari H-1 perjalanan Elvan ke malaysia untuk mengikuti balap motor dimulai, Elvan sudah membawa peralatan yang harus ia siapkan. Juga beberapa uang untuk menyewa motor disana.

Elvan naik pesawat tepat waktu. Ia duduk didekat jendela, bersama seorang wanita yang memakai topi jerami. Wanita itu terus menundukkan kepalanya kearah ponsel, yang Elvan pun tidak tahu wanita itu sedang apa. Tapi sepertinya sedang mengirimi pesan kepada seseorang, karena terdengar suara bubble chat ketika dikirim.

Elvan menghela nafas, cekikikan wanita itu selalu terdengar olehnya yang sedari tadi memilih untuk menatap jendela yang menampilkan pemandangan sejuk diatas awan.

Udara segar selalu menghampiri Elvan. Sudah lama ia tidak merasakan hal ini. Sesekali ia menempelkan hidungnya ke jendela untuk memperjelas penglihatannya, sehingga meninggalkan bekas embun yang masih menguap.

"Erick ganteng banget sih! Hihihihi!" Lagi-lagi wanita itu selalu berbicara tentang Erick. Elvan tidak tahu siapa Erick yang wanita itu maksud. Tetapi, menurut penglihatan mata-mata Elvan, yang ia lihat adalah gambar Erick Taranta sedang menaiki motornya.

Ah, wanita itu mengidolakan dirinya sendiri. Itu membuat Elvan tersenyum sekaligus bangga.

Tunggu sebentar, suara itu mirip ..., lupakan, Elvan tidak mau mengenangnya. Tetapi suara Indah itu selalu bernaungan dikepala Elvan.

Ia menyenderkan tubuhnya ke kursi pesawat, kemudian memejamkan matanya. Menikmati kembali dinginnya AC yang dapat membekukan tubuh.

Tiba-tiba saja wanita itu bersin, ia menutup hidung dengan tangannya. Lalu menatap Elvan dengan tatapan memelasnya. "Kak, anda punya tisu?"

Elvan tidak peduli dengan siapa dia, jadi ia memberikan tisu yang diambil dari tasnya. "Gak jadi kak, udah ada yang ngasih. Makasih." ternyata memang benar. Seorang remaja laki-laki memberikan wanita itu sebuah tisu.

Elvan mengangguk, lalu kembali menatap jendela pesawat yang mengekspos langit-langit Indah yang berhiaskan awan, terlihat lembut. Ditambah wangi kopi americano yang sepertinya masih hangat. Memang sempurna langit malaysia ini!

"Pesawat akan mendarat. Kencangkan sabuk pengaman anda. Terimakasih."

Elvan mengencangkan sabuk pengamannya dan tetap bersender sampai pesawat mendarat.

***

Aroma roti bakar yang baru saja dipanggang, serta bau sejuk pohon cemara masih saja menusuk indera penciuman Elvan.

Desiran lembut ombak terus menerpa pantai. Kini, Elvan sedang menikmati keindahan pantai morib beach yang terdapat di banting, selangor, malaysia. Rumah-rumah kayu kecil yang berceceran berada disamping kiri pantai.

Udara sejuk lagi-lagi menerpa wajah tampan Elvan. Ia duduk dibawah bulan Purnama dan sedang menikmati saat-saat terakhir sebelum lomba balapan motor yang mungkin menewaskan dirinya.

Menewaskan dirinya? Bisa saja, kan? Bisa saja ia terjatuh dari motor, motornya menabrak pagar pembatas, disenggol peserta lain, dan sebagainya. Maut tidak ada yang tahu.

Kring! Kring!

Elvan mengeluarkan telepon. Nama "Nenek" terpampang jelas dilayar kaca. Elvan mengangkat telepon dari Linda.

"Assalamualaikum. Van? Udah nyampe di malaysia?"

"Wa'alaikumssalam. Udah kok. Ini lagi di morib beach. Sebentar lagi pulang ke hotel,"

"Ohh. Jangan lupain Sholat dan ngaji ya. Berdoa, biar doanya di kabulin,"

Lihat selengkapnya