Leher Erick kaku jika diputar ke belakang. Tangannya mengepal beku demi mengumpulkan keberanian untuk sedikit menoleh, dan memperhatikan wajah kakek tua itu.
"Awak tak nak masuk, ke...?" ulang kakek itu. Erick dapat merasakan gertakan leher itu ketika mencoba berbisik ditelinganya. Erick mencoba menggapai telinga Kiki. Namun, bagaikan ditelan bumi, Kiki menghilang.
"Kucing kau ada kat rumah atok ... Jom masuk...!" Kakek itu menarik paksa tangan Erick untuk masuk ke dalam rumahnya. Kekuatannya melebihi Erick yang masih memproses apa yang baru saja terjadi.
***
Aku merasa aneh, seperti sesuatu yang seharusnya tidak terjadi, malah terjadi.
Aku berputar arah untuk kembali ke halte bus itu, kemudian mengecek apakah 'ia' masih ada disana.
Ternyata,
Tidak.
Orang itu sudah lenyap beserta jejak yang ditinggalkan. Misterius, bukan? Tetapi aku tetap berpikir positif. Mungkin saja ia sudah pulang menggunakan taksi atau semacamnya.
Semoga saja.
Jika kalian bertanya, mengapa aku khawatir dengannya? Hanya ada satu jawaban,
Yang aku lihat adalah Erick Taranta.
***
Erick merasa ditarik ke bawah air. Seluruh cairan mulai mengendap diparu-parunya yang sama sekali belum terisi udara. Erick tidak sempat berenang. Walaupun ia bisa berenang, dalam kondisi yang panik ini ia tidak dapat melakukannya. Hidungnya bagaikan tersumbat jupiter. Demi apapun, Erick benar-benar tenggelam!
Air kotor itu menenggelamkan badan Erick yang beratnya hanyalah 43 kilogram. Seseorang menarik kakinya dari bawah sungai, jari jemari panjangnya melukai kasar permukaan kaki Erick. Ia hanya dapat melambai-lambaikan tangannya, berusaha menggapai kaki kakek tua yang menyeretnya ke sungai untuk ikut tenggelam bersamanya. Konon, sungai ini adalah sungai misterius. Kakek itu tersenyum puas, ia dapat melihat kulit keriputnya tertarik, membentuk senyuman simpul.
Kakek pergi, meninggalkan Erick yang sudah mencapai dasar sungai. Matanya membulat tak percaya, jika hidupnya akan berakhir disini. Disini, ia akan merasakan pengapnya air sungai yang keruh. Rongga paru-parunya mengkerut, menyisakan rasa perih. Matanya tak dapat dibuka kembali.