Lelaki bertopi itu mengangkat wajahnya. Wajah yang ditutupi topi sedari tadi sekarang terpampang nyata. Ialah orang yang membuat Olive marah besar.
***
Mata berwarna cokelat hazelnut itu menatap tajam kearahku. Ia memekik disaat berkata betapa salahnya aku. Padahal, aku diam saja. Aku hanya mengambil posisi yang seharusnya aku dapatkan. Apakah itu salah? Kuharap tidak. Tetapi aku dapat mengenali siapakah ia sebenarnya.
"Apekah?" itu hanyalah kata yang kuucapkan sambil mengangkat sedikit permukaan yang membuat identitas ku terkuak.
Sekarang ia menutup mulut, tampak seperti menahan jeritan menggema yang akan menghancurkan dunia. Bahkan, seluruh penumpang dan supir bus ikut menatapku. Aku dapat melihat samar-samar flash cahaya dari ponsel yang mereka pegang menyala. Sementara, wanita yang agak pendek disebelahnya memandang kekanan dan kiri, tampak kebingungan. Hmm lucu.
"HEI!" Daniel berteriak disampingku tatkala wanita yang baru saja berebutan denganku langsung pergi sembari menyambar wanita pendek itu. Aku mencegah Daniel agar ia tidak mengejarnya. Menyebalkan memang, tetapi itu jalan terbaik agar kami tidak menjadi tontonan publik.