Ia terperanjat. Pukul lima. Berusaha mematikan alarmnya, Olive meraba permukaan nakas — enggan membuka mata. Sinar matahari di sore hari yang mulai meredup menembus masuk ke jendela hotel Olive, memberikan warna baru bagi penghuninya.
Pengingat waktu itu seolah paham apa keinginan majikannya. Berhenti tanpa peringatan.
Olive memungut handuk yang terdampar di lantai. Ini adalah sasarannya kala Cici memberi kabar bahwa ia harus mengunjungi sebuah tempat, tepatnya di Indonesia.
Berbekal dengan dompet kecil dan topi, membuat penampilannya terkesan fancy bagi setiap orang yang ia hadapi. Matanya menerawang sekitar. Sepi. Ia menekan masuk dan menekan tombol 1. Lift berjalan dengan pergerakan yang baik, dan ia sendirian. Namun, itu bukanlah masalah.
Merasa urusannya selesai, ia akan segera pulang. Toh, tidak ada yang bisa dilakukan disini selain menjalani aktifitas. Ia hanya berperilaku biasa saja agar orang-orang tidak menyebarkan berita miring bahwa seorang pemimpin perusahaan terbesar di Indonesia, GosanFam adalah seorang perempuan yang berleha-leha karena menonton perlombaan balap.
Berdiri ditengah kerumunan malah membuatnya disorot layar kaca. Selama di Sepang, ia selalu menutupi diri dan berkata seorang Olivie Lixie Gosandres adalah orang lain, bukan dia.
Ayahnya mengirim lima bodyguard berperawakan garang yang hari ini berdiri menutupi sisi tubuh Olive. Wajahnya tersorot dimana-mana.
Bodyguard itu memberikan akses masuk ke dalam bandara untuk Olive. Disana, terlihat Cici yang memeriksa catatan dan menuliskannya. Rempong sekali seperti menyiapkan penerbangan presiden.
Pesawat siap berangkat. Setelah mengecek rute yang akan dilalui, pesawat buatan GosanFam dengan label Airsan itu lepas landas. Meninggalkan kekosongan dibawah bandara dalam rangka pulang ke tanah air.
***
Setelah perjalanan ke Selangor dan menghilang, pengusaha dan penggerak segala bidang, Olivie Lixie Gosandres masih menyimpan banyak tanda-tanya.