Sudah 5 hari semenjak kejadian tersebut Elvan malah dekat dengan sosok Olive. Garis bawahi, tanpa menyimpan perasaan. Ia dapat merasakan bahwa Olive seperti adik perempuannya. Dengan diketahui ia adalah anak tunggal selama bernafas dimuka bumi. Terkadang sikap dinginnya membuat ia gemas.
Klingg....
“Hei, sudah bisa nyeduh kopi?”
Demi bisnis! Batin Olive. Ia merotasikan matanya kala melihat Elvan cengar-cengir sembari melap meja barista.
“Oy!”
Kali ini Olive menjejakkan kakinya karena kesal. Masa Elvan tidak mendengarnya? Ia tak tahu saja Elvan sedang berkhayal jika ia membersihkan motor balap kesayangannya. Mungkin sudah berdebu karena ditinggal di sirkuit terlalu lama.
“2 hari lagi saya keluar negeri. Jaga ruangan agar tetap kondusif.” Olive mengisyaratkan pergi dengan menggerakan jari telunjuk dan tengah seperti laju kereta api.
“Iyaa,”
Tunggu, 2 hari lagi?
“Emang ada apa 2 hari lagi?” Hanya Elvan karena lupa sambil merapikan gulungan lengannya.
“Proses pra-syuting atau latihan.”
Elvan hanya ber-oh ria. Sebelum otaknya mencerna apa yang akan dilakukan.
“Di Malaysia?”
“Yap! Kok bisa tau?”
Atmosfer ruangan mendadak canggung. Olive menatap datar wajah Elvan.
“Em ... Feeling aja, kok!”
Alasan konyol itu terlontarkan oleh seorang Elvan. Olive manggut-manggut — menerima jawaban tersebut.
Ia agar kesal dengan Olive sebenarnya. Dikarenakan Olive yang mungkin menurutnya too friendly dan sedikit kekanak-kanakan. Menurut laporan berita digital yang baru ia baca seminggu setelah disebarluaskan, mungkin itulah asal mengapa Alex atau siapapun itu tidak menyukai Olive kembali.
Gotcha! Kini ia sudah tahu dimana kelemahan Olive. Walaupun seorang bos dengan kedudukan tinggi, ternyata ia sangat ramah. Terbukti karena Olive tidak menyewa mentor untuknya, melainkan mengajarkan langsung bagaimana cara menyeduh dan meracik kopi.
Olive berlalu, Elvan pun kalu. Setelah punggung tersebut menjauh, Elvan pergi ke ruangan sebelah dengan plakat emas yang hampir sama dengannya. Tentu saja berisikan nama temannya, Vian.
Cklekk....
“Geng motor Be The Best ngajak balapan liar, semua orang pun menghindar.”