PERMAISURI PARK

Nurul Adiyanti
Chapter #1

Pengumuman untuk Rakyat

Suasana riuh dari pasar loak buku-buku bekas itu membuat semua orang semakin senang karena memang harus membaca buku terbaru meskipun harus menunggu orang-orang bosan membaca, hingga kemudian diloakkan.

Di sana sudah terdapat seorang gadis bangsawan yang ditandai dengan mengenakan pakaian hanbok atasan berwarna kuning bermotif bunga timbul yang senada dengan warna kuning tersebut dipadukan dengan rok bawah pink polos dengan kain berbahan mengkilap. Di rambutnya terselip jepitan berbentuk bunga kecil-kecil di dekat telinga.

Bagian kanan dan kiri rambutnya di kepang, bahkan sampai bagian belakangnya juga dikepang menjadi satu kemudian sengaja dibiarkan menjuntai ke bawah, menandakan bahwa gadis itu belum menikah pada era zaman kerajaan Jaenung ini.

Gadis itu nampak tenang membaca buku bersama dengan satu gadis lain yang setia menjadi pelayannya dari Ia masih kecil dulu.

“Kenapa kita harus ke pasar loak? Sedangkan buku baru ada di toko buku yang dekat dengan pasar ini juga,” tanya Si Pelayan yang memang masih bingung dengan kemana arah pemikiran Si Gadis Bangsawan yang ada di sebelah kanannya.

Kedua mata bulat disertai dengan bulu mata yang lentik itu tak mau menatap Si Pelayan, justru Ia tetap fokus pada buku yang dibacanya meskipun mendengar pertanyan dari Si Pelayan. Bibir yang sudah dihiasi dengan pewarna pink kesukaannya membuat Si Gadis Bangsawan terlihat cantik, ditambah senyumannya yang amat menawan.

Bahkan siapapun lelaki yang melihatnya pasti akan terpesona dengan sekali pandang saja. Namun sayangnya itu tidak akan pernah terjadi karena pada kenyataannya Si Gadis Bangsawan ini selalu berjalan menunduk, bahkan sering menutup kepalanya menggunakan bawahan rok Hanbok berwarna lain supaya tidak sembarang orang bisa melihat wajah cantiknya.

“Ssst, diamlah. Aku sedang mencari buku sejarah supaya bisa memikat hati putra mahkota,” jawab Si Pemiilik Bibir berwarna pink dengan sudut bibir yang tertarik ke belakang. Menunjukkan bahwa dia sangat bahagia jika membahas tentang buku dan juga Putra Mahkota kerajaan Jaenung.

Senyum dari Si Pelayan juga tak kalah merekahnya, bahkan terlihat gigi-gigi putih dan juga lidahnya karena Ia masih belum percaya tentang yang dikatakan Si Gadis Bangsawan.

“Kau ingin menjadi Putri Mahkota? Wah, aku juga akan sangat senang kalau kau menjadi Putri Mahkota, dengan begitu kita bisa masuk istana dengan mudahnya!” Pekik Si Pelayan dengan suara yang lumayan keras hingga hampir semua orang di satu toko buku loakan itu menatap ke arahnya sekilas, kemudian melanjutkan membaca.

Lihat selengkapnya