Ratu sedang berada di istana Raja. Menceritakan semua yang diperolehnya yaitu informasi tentang keluarga Sung A kepada Yang Mulia Raja. Awalnya keduanya sedang berbicara santai membicarakan tentang kehamilan Sung A dan politik kerajaan, kemudian merambat pada keluarga Sung A.
"Hahahaha, aku yakin, Putra Mahkota pasti sangat senang mengetahui Istrinya sedang hamil. Kuharap bayinya nanti laki-laki supaya bisa mewarisi keturunan kita," Raja sangat mengharapkan anak laki-laki dari menanyu pertamanya tersebut, namun Ratu berkata lain.
"Jika bukan laki-laki kan masih ada para Selir yang bisa memberi keturunan laki-laki, sayang," sahut Ratu.
"Ya, kau benar. Oh iya, bagaimana tentang Sung A? Kau sudah mengetahui silsilah keluarganya? Apakah benar Yoon Dong Wan ialah mantan Menteri Perdagangan zaman dulu?" Rentetan pertanyaan dilontarkan oleh Raja. Ratu ternyum dengan anggun sebelum menjawabnya.
"Ya, Yoon Dong Wan benar Menteri Perdagangan zaman dulu. Aku sempat terkejut mendengar penjelasannya,"
"Penjelasan seperti apa itu?"
Flashback
"Lalu kenapa kau keluar? Apakah benar kau mantan Menteri Perdagangan Yoon zaman dulu?" mengangguk ragu dan seakan seperti terpaksa, Dong Wan mengakui segalanya sembari melirik Sang Istri.
"Ya, jika itu untuk kebaikan Sung A, ungkap saja, Suamiku," cicit Sang Istri.
"Iya, aku memang Yoon Dong Wan yang kau cari, Ratu. Aku memang mantan Menteri Perdagangan yang dilengserkan karena difitnah oleh keluarga Shin yang sekarang masih berada di posisinya menjadi Menteri Perdagangan,"
DEG!
Kedua netra itu melebar, seakan tak percaya dengan semua kenyataan tersebut. Keluarga Shin itu, berarti keluarga Selir Hyura.
"Sudah kuduga, Sung A memang berdarah bangsawan. Dan keluarga Shin bukankah dari keluarga Selir Shin Hyu Ra? Atau jangan-jangan..." lagi-lagi ucapan Ratu terpotong melihat Dong Wan yang sudah mengangguk dan menyela pembicaraannya. Ratu yang mengerti pun hanya mengangguk, membiarkan Dongwan menceritakan segalanya.
"Ya, Ayah Selir Shin Hyura yaitu Shin Hyun Jae yang telah memfitnahku. Dulu, dia sangat iri karena aku mendapatkan gelar Menteri Perdagangan sedangkan dia sendiri hanyalah anak buahku. Hingga pada saat itu, dia memfitnahku dengan menukar barang dagangan berupa senjata api yang palsu kepada pembeli luar negeri.
Waktu itu negara China, menuduh jika akulah yang menukarnya. Padahal aku sama sekali tidak menukar apapun. Itu yang pertama. Kedua kalinya terjadi lagi waktu aku mengirimkan bahan pangan berupa beras dan semua sembako untuk negara Jepang yang memang sudah memesan dari beberapa hari, dia menukar semua itu dengan sekantung pasir dan karena itulah orang-orang tidak ada lagi yang au percaya padaku, terutama Raja.
Dari semua itu aku mendapatkan hukuman dari Raja. Dia meminta Raja untuk membunuhku dan keluargaku, namun karena aku sudah bekerja bertahun-tahun dan Raja sempat mempercayaiku, aku hanya diberi hukuman untuk dilengserkan dari pekerjaanku dan diasingkan untuk keluar dari istana. Belum berakhir disitu, malam harinya tiba-tiba rumahku diserang oleh pasukan orang serba hitam dan topi caping bambu. Mereka menyerang di malam hari ketika kami masih tertidur.
Bukan hanya menggunakan panah, melainkan tembakan. Memporak-porandakan rumahku, seakan sedang mencari sesuatu. Aku meminta Sung A dan juga Istriku untuk bersembunyi di tempat yang aman dan aku yang keluar untuk memeriksa semuanya. Namun ternyata aku salah, mereka membidikku dari segala arah hingga membuatku hampir saja mati. Setelah mereka pergi, barulah Istriku berusaha keras untuk mengobatiku dan kami pun pindah dari tempat pengasingan," sepanjang mendengar penjelasan dari Dongwan, Ratu menutup mulutnya terkejut. Dongwan sendiri sebenarnya sudah tidak ingin membahasnya, tapi karena Ratu yang mendesaknya, terpaksa harus mengungkap segalanya.