PERMAISURI PARK

Nurul Adiyanti
Chapter #22

Pengganggu

Di tengah keramaian suara genderang yang dihasilkan dari para gisaeng (gadis penghibur) tersebut begitu nyaring, seolah tak ada yang menandingi suara tersebut. Setelah 5 gadis gisaeng tersebut mundur dari tariannya, berganti lagi dengan yang lainnya dengan pakaian yang berbeda.

"Wah... tariannya sangat bagus!" Pekik Sung A sembari bertepuk tangan.

"Kau baru pertama kali melihat ini? Menurutku ini biasa saja," sahut Putra Mahkota. Ekspresi wajah Sung A langsung berubah.

"Ya, aku baru melihatnya. Dulu waktu aku masih tinggal di dekat pasar, tak pernah pergi malam-malam. Aku dan Woojung hanya akan menatap bulan dengan menulis novel," jawabnya dengan senyuman manis. Membuat Putra Mahkota menyukai senyuman tersebut dan ikut tersenyum.

"Ternyata sesederhana itu dirimu, sayang," Si Suami mengusap pelan rambut hitam Istrinya. Kemudian turun pada kedua pipi gadis itu, menatap penuh rasa cinta yang mendalam. Diusapnya bibir tipis milik Sang Istri yang sedikit mengkilap terkena cahaya remang-remang dari para lampion yang dipasang.

Mendekatkan wajahnya pada wajah milik Istrinya hingga gadis itu memejamkan kedua matanya, seakan tahu jika Sang Suami akan menciumnya diantara keramaian. Baru saja akan menempelkan bibir tebalnya pada bibir tipis Sang Istri, tiba-tiba ada seseorang yang memanggil namanya. Ya, nama, bukan hanya sekadar gelar sebagai Putra Mahkota.

"Park Jimin? Kau disini?" dengan cepat dua sejoli yang akan menjalin kasih tadi tersadar dari otak mereka yang sempat kemana-mana.

Itu ialah suara Putri Chaera. Putra Mahkota tahu, hanya saja jika sampai Putri Chaera membocorkan kalau dia keluar dengan Istrinya malam-malam begini pada Ratu, bisa-bisa masalah akan menjadi semakin runyam, pikirnya. Putri Chaera dan Hankyeol mendekat ke arah Putra Mahkota dan Sung A berada.

"Aku tak menyangka kalau kita akan bertemu di sini, Jimin," seperti biasa, Putri Chaera tidak akan menyapa Sung A. Hanya Jimin saja yang dipanggilnya karena lelaki itu yang disukainya sejak kecil dulu. Lelaki yang dipanggilnya Jimin tadi hanya tersenyum saja tanpa ingin membalas, begitu pula Sung A yang hanya diam sembari menatap wajah Suaminya.

"Aku hanya ingin menikmati indahnya malam dan menemukan sebuah suara. Ternyata disini ada acara gisaeng ya, pantas saja ramai, iya kan Hankyeol?" Hankyeol tersenyum dan mengangguk. Putra Mahkota Jimin malah menggandeng tangan kanan Istrinya.

"I-iya." Sama sekali tak menanggapi kehadiran Chaera, Putra Mahkota Jimin lebih memperhatikan Istrinya yang sedari tadi hanya terdiam di sebelahnya.

"Kau lapar? Ayo kita beli makanan," tawar Jimin pada Sung A yang sudah mengangguk ragu. Ketika akan melangkah pergi, Chaera segera menyelanya.

'Sial! Kenapa Putra Mahkota tidak menanggapiku? Malah mementingkan gadis dari rakyat biasa ini. Aku tidak akan membiarkan mereka hanya berduaan saja! Tidak, aku harus andil di dalamnya!' batin Putri Chaera dengan dahi berkerutnya menahan emosi.

"Aku ikut! Aku juga ingin makan bersama kalian," Sung A dan Jimin saling berpandangan satu sama lain. Niatnya ingin berdua dengan Istrinya di luar istana, ternyata diganggu oleh gadis lain.

.

Mereka sudah duduk di sebuah kedai makanan ramen. Chaera yang bersebelahan dengan Hankyeol dan Jimin yang bersebelahan dengan Sung A. Mereka sedang menunggu makanan datang.

"Makanan kalian sudah datang..." kata si pemilik kedai yang membawakan empat buah mangkuk ramen beserta sumpitnya. Diletakkan di masing-masing sisi mereka dengan diakhiri senyuman sebelum pergi meninggalkan mereka.

Sung A sebenarnya tidak suka suasana seperti ini, tidak ada yang berbicara sedikitpun itu Hening, dan itu membuatnya tidak nyaman. Ia pun memulai pembicaraan.

"Apakah besok masih ada acara-acara seperti ini lagi?" Sung A melihat sekeliling yang semakin larut yang menonton pun semakin banyak, bahkan ada yang sudah mabuk. Ketika tahu yang menari ialah para gisaeng, pastilah para lelaki hidung belang pada berkumpul di sana membawa guci minumannya yang berasal dari tanah liat untuk ikut menari bersama para gisaeng tersebut.

"Tidak pasti, aku tidak terlalu suka jika itu tentang gisaeng karena kau lihat sendiri kan? Banyak orang-orang mabuk di sekelilingnya. Ricuh sekali, untung saja aku mengajakmu ke sini, aku tidak ingin kau sampai tersentuh setitik jari pun oleh para lelaki bedebah itu," mendengar kalimat akhir dari Jimin membuat kedua pipi Sung A memerah karena dirinya merasa 'diratukan' oleh Suaminya sendiri. Sedangkan di seberang meja sedari tadi sudah menahan emosi karena Putra Mahkota terus saja memuji Sung A.

Lihat selengkapnya