Suara derapan sepatu daru kaki kuda yang melintas begitu cepat begitu kencang hingga sampai pada sebuah pasar. Mereka turun dari sana, dan segera mencari keberadaan Putri Chaera namun tak ditemukan juga. Menteri Perang, Kim Ilsung, dan Putra Mahkota sudah mencari dari segala sisi pasar, namun tak ada satu pun yang menemukan jejak dari Putri Chaera. Begitu pula dengan para prajurit yang suka membawa pedang masing-masing.
"Putra Mahkota, kemarin kau yakin kalau Putri Chaera memang ke daerah pasar?" Tanya Kim Ilsung.
"Iya, aku dan Putri Mahkota sedang menonton pertunjukan tari gisaeng di sini, dan Putri Chaera menyusul kami bersama dengan Hankyeol,"
"Tapi kenapa tidak ada. Kita harus mencari kemana lagi?" Raut wajah penuh dengan rasa panik begitu terlihat di diri pria paruh baya itu.
"Tenang dulu, Tuan Kim. Kemarin aku hanya mengingat bahwa mereka menyeret Putri Chaera tapi tidak tahu ke arah mana. Tapi waktu aku dan Putri Mahkota sempat bersembunyi di hutan, orang serba hitam itu mengikuti kami di hutan. Bisa jadi Putri Chaera juga disekap di dekat hutan. Bagaimana jika kita mencarinya ke sana?" Jelas Putra Mahkota sekaligus memberikan solusi.
"Hutan? Apakah di hutan belakang pasar ini?" Tanyanya. Putra Mahkota mengangguk.
"Baiklah ayo kita cari ke sana!" Perintah Menteri Perang.
Mereka kembali menunggang kuda masing-masing dan mengarah pada hutan. Mempersilakan Putra Mahkota untuk lebih dulu memulai jalan. Karena memang hanya Putra Mahkotalah yang tahu akan jalan tersebut. Melewati beberapa pohon-pohon kecil yang berwarna hijau namun menjulang tinggi, juga beberapa pohon besar juga. Mereka berhenti di tengah-tengah hutan sekarang, namun sama sekali tidak ada tanda-tanda Putri Chaera meneriakkan suaranya.
"Putra Mahkota, ini kita sudah berada di tengah hutan, tapi kurasa Putri Chaera juga tidak ada di sini," Menteri Perang pun berbicara.
"Iya, tidak ada apa-apa di sini. Mereka sangat cepat dan pintar menghilangkan jejak supaya tidak ada yang bisa mencari jejak itu," Tuan Kim masih mencoba sabar dan juga tetap pada prinsipnya yang tetap mencari sampai Putrinya itu ketemu.
"Coba kita cari lagi sampai bertemu dengan sebuah gubuk yang letaknya ada di dekat sini," Putra Mahkota tahu jika di tengah hutan ada gubuk karena memang Ia sudah sering menjelajahi hutan itu.
"Goa yang kau maksudkan dengan Putri Mahkota itu, dimana letaknya, Putra Mahkota?" Tanya Menteri Perang.
"Itu letaknya lebih jauh lagi dari hutan ini. Sangat gelap dan tidak ada sedikitpun cahaya. Maka dari itu aku kesulitan untuk pulang di malam itu, makannya aku memilih untuk tetap di goa dulu, ayo kita ke gubuk yang kumaksud tadi. Tapi ingat, kita lebih baik berjalan sambil menuntun kuda, untuk meminimalisir suara yang akan membuat orang serba hitam itu keluar dan menyerang kita." Mendengar itu, mereka mengangguk paham dan mengikuti apa yang dikatakan Putra Mahkota. Baru berjalan sedikit, mereka sudah menemukan gubuk itu. Ada 3 gubuk yang letaknya memang tepat di atas gunung.
"Itu dia, Yang Mulia!" Tunjuk salah satu Prajurit yang menemukan gubuk itu. Pandangan mata merekatertuju pada jari telunjuk salah satu Prajurit yang menemukan sebuah gubuk tersebut.
"Tunggu, tapi apakah benar di sana ada Putri Chaera? Entah kenapa aku merasa ini ialah jebakan orang-orang serba hitam itu," Menteri Perang merasakan firasat buruk pada gubuk itu.
"Tidak masalah, aku yang akan masuk nanti untuk memastikannya,: sahut Putra Mahkota.
"Jangan, itu sangat berbahaya, Putra Mahkota. Bagaimana jika nanti orang-orang itu menyerangmu?"
"Kakek, aku bisa menyerang balik mereka jika ada senjata. Kau tenang saja akan hal itu, aku jamin bahwa akan kembali dengan selamat," Putra Mahkota memanggil Menteri Perang dengan sebutan Kakek karena dia memang Kakeknya alias ayah dari Ratu. Apalagi jika di luar istana, Ia bebas memanggil dengan sebutan tersebut.
"Baiklah, kau sudah berjanji, maka kau harus menepatinya, ayo sekarang kita ke sana."
Mereka kini sudah sampai di depan gubuk yang sangat kumuh dan tak layak pakai tersebut. Bahkan gubuk itu sudah hampir roboh mengingat bangunannya yang memang tidak layak huni.