Disebuang ruangan tampak cantik dan elegan, yang bernuansa dengan intieor kuno. Tampaklah seorang gadis terbaring lemah, wajahnya pucat, tapi tak menghilangkan kecantikan wajahnya. Kulit putih, hidung yang mancung dan bibir semerah buah chery. Gadis itu telah lama koma selama seminggu. Karna tenggelam di kolam. Gadis yang terbaring lemah itu yang tak lain adalah Permaisuri Meili, Permaisuri yang tak di inginkan oleh sang Kaisar. Demi Selirnya sang Kaisar mengabaikannya, bahkan bersikap dingin terhadapanya.
Kaisar Wey, Kaisar yang tegas dan dingin. Bahkan ia di juliki dewa perang, ia tidak segan-segan membunuh musuhnya tampa ampun. Tak lain dengan ketegasan dan kedinginannya. Kaisar Wey, Kaisar yang terkenal akan ketampanan nya. Hingga membuat para gadis memujanya, bahkan tergila-gila akan ketampanannya.
Kaisar Wey tidak pernah bersikap lembut kepada semua wanita kecuali Selir kesayangannya. Selama seminggu pun Kaisar Wey tidak pernah mengunjungi Permaisurinya, ia hanya sibuk urusan istana dan Selirnya itu.
Hingga sang pelayan yang di samping junjungannya itu menangis tersedu-sedu, meratapi nasib junjungannya.
"Paduka, kapan Paduka akan sadar?" tanya pelayan Yu, pelayan setia dari Permaisuri Meili. Pelayan Yu, pelayan yang merawat Permaisuri Meili sedari kecil. Hingga ia mengikuti Permaisuri Meili menginjakkan kaki di istana.
"Eeeum,"
Lenguhan kecil itu, membuat pelayan Lu mengusap air matanya dan menatap junjungannya. Sedari tadi ia hanya menunduk dan menunduk, tidak kuasa melihat junjungannya itu.
Kania mulai mengerjapkan matanya, perlahan-lahan ia mulai mengedarkan ke sekeliling ruangannya.