Siti Maharanni (Ranni) dan Raffi Dirgantara (Raffi) adalah dua sejoli yang masih remaja. Keduanya tinggal di satu komplek perumahan di kota Klaten. Keduanya juga bersekolah di satu sekolahan SMP di Kota itu.
Sejak Ranni masih kecil ibunya sudah berpisah dengan ayahnya. Karena ayahnya sebagai Kontraktor sering pergi hingga berbulan-bulan. Puncaknya selama setahun lebih ayahnya meninggalkan mereka tanpa kabar berita.
Suatu saat ibunya mendengar berita bahwa ayahnya sudah menikah lagi. Ibunya yang juga sibuk mengelola usaha toko emas minta diceraikan dari ayahnya. Kemudian memilih hidup mandiri bersama dengan Ranni.
Namun demikian ayahnya masih mengirim uang bulanan untuk biaya pendidikan Ranni. Sehingga walau bagaimanapun Ranni masih tetap menghargai ayahnya. Meski di dalam hati kecil ada rasa dendam pada ayahnya.
Raffi bersama-sama teman sebayanya di komplex perumahan, setiap sore suka nongkrong di mulut gang. Sedang Ranni bersama Ibunya pulang dari Toko-nya naik becak pasti melewati Gang tempat Raffi nongkrong.
Dengan gaya khasnya anak-anak remaja, Raffi selalu menggoda Ranni. Dengan berpura-pura kasihan melihat abang becak yang mengayuhnya. Maka Raffi turut mendorong becak untuk meringankan beban sehingga becak berjalan lancar.
Di tempat inilah untuk pertama kali Ranni mengetahui bahwa Raffi adalah tetangga sendiri. Karena Raffi dan keluarganya adalah pendatang yang belum lama tinggal di komplex. Hanya antara rumah Raffi dan rumah Ranni berlainan gang.
Begitulah, setiap sore Raffi dan teman-teman menunggu Ranni lewat, kemudian mendorong becaknya. Hanya dengan perhatian seperti itu ternyata meluluhkan perasaannya. Sapaannya yang lembut, candaannya yang wajar mampu menembus relung hatinya.
Sehingga ketika bertemu di sekolah, keduanya tidak canggung lagi. Saling tersenyum dan saling bertegur sapa. Namun kali ini Ranni menjadi gundah gulana. Dia terus memikirkan betapa senyum Raffi itu merisaukan hatinya.
Ranni sendiri tidak tahu, kenapa hatinya selalu bergetar bila bertatap dengan Raffi. Dia belum merasakan bahwa panah asmara telah tertancap dihatinya. Dia baru menyadari saat keduanya saling jatuh cinta. Meski hal itu hanyalah sekedar cinta monyet.
Kisah cinta remaja itu terus berlanjut hingga keduanya masuk sekolah SMA. Keduanya pun sama-sama dalam satu sekolahan. Berangkat dan pulang sekolah selalu bersama dengan naik sepeda. Sungguh rasanya sebuah kebahagiaan tersendiri bagi mereka.
Namun kehidupan social di keluarga mereka mulai ada gap. Di keluarga Ranni, Ibunya yang membuka toko Emas omzetnya semakin besar. Sementara kiriman uang dari ayahnya juga terus mengalir. Sehingga Ranni mampu dibelikan sepeda motor untuk sekolah.
Sementara orang tua Raffi tidak mampu membelikan sepeda motor untuknya. Perubahan gaya hidup itu menimbulkan rasa rendah diri di hati Raffi. Dia menjadi tidak se-agresif pada Ranni seperti pada waktu sebelumnya.
Akan tetapi bagi Ranni sikapnya pada Raffi tidak berubah. Dia tetap menjalin dan menjaga hubungannya dengan Raffi. Berangkat dan pulang sekolah tetap bersama berboncengan dengan sepeda motor milik Ranni.
Dalam menjalankan aktivitas didalam maupun diluar sekolah mereka selalu bersama. Kapan saja dan dimana saja Raffi dengan sepenuh hati menemani Ranni. Hingga di penghujung sekolah SMA-nya cinta mereka tetap terjaga.
Namun sebenarnya hubungan mereka bukan tidak ada rintangan. Dari keluarga besar Rani, sebut saja Sang Paman telah menjodohkan Ranni dengan Denny anaknya. Walaupun Ranni menentang dengan keras, namun keputusan keluarga tidak berubah.
Bersamaan waktu itu ayah Raffi memasuki pensiun sebagai anggota ABRI memutuskan untuk pindah rumah. Sehingga praktis sekarang Ranni sudah tidak tinggal se-komplek lagi dengan Raffi. Kesempatan itu dipergunakan Raffi untuk pergi meninggalkan Ranni.
Beberapa kali Ranni mencoba menghubungi Raffi tetapi tidak berhasil. Bahkan orang tuanya pun tidak mengetahui keberadaan Raffi. Ranni mencarinya ke tempat-tempat yang mungkin di singgahi Raffi hasilnya tetap nihil. Sehingga keduanya mengalami Lost Contack.
***
Putus cinta telah membuat hati Ranni menjadi skeptis. Beban pikirannya masih terasa berat untuk melangkah ke depan. Setahun setelah lulus SMA-nya Ranni tidak melanjutkan kuliah. Hari-harinya dijalani di rumah saja dan membantu ibunya menunggu toko.
Dia hanya bisa memendam semuanya ke dalam hati. Raffi yang dulu menjadi tempat menyandarkan kepala dibahunya ketika sedih kini tak ada lagi. Dimana kamu saat ini berada? Tanya suara hatinya. Betapa dia menyadari bahwa Raffi teramat berarti untuknya.
“Dooorrr ...! “suara seseorang tiba-tiba di dekatnya, “Eee, nunggu toko kok ngelamun, pasti ngelamunin Raffi,” entah dari mana, tahu-tahu Pretty sudah nongol dihadapannya.