Pagi-pagi ini Ranni masih di rumah sebelum berangkat ke toko. Sebenarnya hatinya mulai gelisah setelah mendengrrar berita dari tante Lies. Bahwa Ella adalah benar adik tirinya yang tinggal dengan kakek-neneknya di Lampung. Dimana Raffi pernah bilang Ella sebagai gadis pilihannya.
Namun tante Lies membantah kalau Raffi berpacaran dengan Ella. Karena menurut Erna, ibunya Ella, nggak ada berita apa-apa soal Ella dan Raffi. Hanya saja kakek, ayah Erna pernah ada gagasan menjodohkan Ella dengan Raffi.
Saat ini pikirannya masih tertuju pada Raffi dan Ella di Lampung. Mengingat mereka itu tinggal satu rumah, jadi apapun bisa terjadi. Ada pepatah mengatakan, Witing Tresno Jalaran Soko Kulino. Maka Ranni pun hanya bisa pasrah apapun, don’t Matter.
Sambil menunggu ibunya yang akan ikut berangkat ke toko Ranni menonton Tv. Pagi ini menyajikan berita-berita terhangat dan terkini. Seputar kasus-kasus korupsi yang di lakukan oleh Pejabat Negara maupun pihak swasta. Mirisnya pelaku seperti nggak bersalah, tetap percaya diri dan mengumbar senyum.
Berita hari ini bervariatif karena meupakan ulasan kejadian satu minggu yang lalu. Baik yang masih dalam tahap penyelidikan, penyidikan, penuntutan, maupun yang sudah menjalani proses persidangan. Terutama tentang terjadinya Operasi Tangkap Tangan (OTT) yang di lakukan KPK dalam satu minggu ini.
Namun Ranni tidak begitu tertarik dengan berita-berita seperti itu. Hampir setiap hari muncul seperti tak ada habisnya. Dia lebih suka melihat berita tentang kuliner atau tentang Life Style. Profil seseorang yang menggambarkan ke-uletan dan kegigihan dalam memperjuangkan jati dirinya.
Sebenarnya Ranni pengin main ke Jogya ke rumah tante Lies. Menurutnya mungkin tante lagi sibuk, sehingga kemarin memberitahukan tentang Ella lewat telefon. Jadi tidak begitu detail berita yang di dapatnya. Rasa penasaran masih memenuhi benaknya.
Selagi Ranni masih memikirkan keinginannya itu, Rupanya tante Lies sudah lebih dulu menelefonnya. Berita apalagi yang akan disampaikan tante Lies kepadanya, pikir Ranni. Maka dia dengan antusias menyambut telefon itu.
“Hallo tante,” sambut Ranni cepat..
“Ranni ya,” suara tante Lies terdengar galau, “Kamu dimana?” sambungnya.
“Masih di rumah tante.”
“Oya, sebenarnya beberapa hari ini aku mau ke rumahmu, tapi ya ... bagaimana ya ...” suara tante Lies jelas-jelas seperti penuh keraguan.
“Kenapa tante? Soal Ella lagi? Ya sudah, kalau semua sudah jelas. Aku hanya ingin kepastian saja ... tapi, eh, kok tante seperti gelisah?” Ranni langsung menanyakan karena sudah tidak sabar mendengar suara tante Lies yang ragu.
“Iya, aku memang sedang gelisah,” lanjutnya.
“Ada apa tante? Kayaknya penting?” tanya Ranni spontan.
“Tapi kuharap kamu tetap tenang saja, ya ...” suara tante Lies terhenti.
“Kalau memang penting sampaikan saja,” sahut Ranni.
“Berita tentang ayahmu, Ranni,” ucap tante pendek.
“Soal ayah kurasa nggak perlu diungkit-ungkit lagi,” sergah Ranni mencoba santai.
“Ayahmu kesandung masalah hukum dengan KPK …” suara tante terdengar sedih dan terasa berat untuk mengatakannya.
“Masalah hukum? Memangnya apa yang terjadi?” Ranni kini terkejut.
“Ayahmu terkena Operasi Tangkap Tangan oleh KPK.”
“Kenapa bisa begitu?”
“Ayahmu diduga memberi suap kepada Pejabat Negara.”
“Jadi ayah ditangkap, tante?”
“Iya, sekarang posisinya berada di tahanan KPK.”
“Sebenarnya apa pekerjaan ayah selama ini?” tanya Ranni akhirnya penasaran juga.
“Aku sendiri sudah lama nggak bekerja sama dengan ayahmu. Nggak tahulah, yang kudengar ayahmu sedang expansi perusahaan ke wilayah timur di bidang usaha minyak dan gas bumi.” Tante Lies menjelaskan.
“Lalu kenapa ayah harus menyuap?”
“Mungkin suap dilakukan untuk memenangkan tender minyak mentah jenis kondensat.”
Ranni menanggapinya dengan santai. Selama ini dia tidak peduli dengan pekerjaan ayahnya. Karena Ranni sudah terbiasa hidup tanpa ayah. Jadi apapun yang terjadi pada ayahnya tidak terlalu berpengaruh. Tetapi dihatinya timbul juga ingin tahu lebih lanjut.
“Kapan ayah ditangkap, tante?” tanyanya kemudian.
“Satu minggu yang lalu,” jawab tante Lies masih bernada sedih.
“Hhah ...!!” Ranni tersentak menghela nafas.
Teringat berita televisi pagi ini yang mengulas tentang korupsi yang terjadi dalam seminggu ini. Ada beberapa postingan foto-foto para pelaku korupsi. Tetapi Ranni tidak melihat secara menyeluruh. Mungkin saja salah satunya berita tentang ayahnya.
Ranni mulai mengingat-ingat dan menganalisa berita OTT pagi tadi. Dia melihat para pelaku koruptor itu ditayangkan. Tetapi dia tidak berprasangka bahwa salah satunya adalah ayahnya. Meski hanya ditulis dengan nama inisial, sekarang dia yakin ayahnya ada diantaranya.
Segera kebayang hukuman para koruptor sekarang dilipat gandakan. Bisa seumur hidup dan bahkan di miskinkan hingga tidak punya apa-apa lagi. Ranni merasa kasihan juga pada ayahnya. Walau bagaimanapun ayah telah berjasa membiayai dirinya selama ini.
Tante Lies menawarkan Rani untuk membezuk ayahnya di tahanan KPK Jakarta. Sekaligus bertemu tante Erna untuk konfirmasi masalah hubungan Ella dengan Raffi. Ranni tidak perlu ragu karena tante Erna juga memperlakukan Ranni sebagai anaknya.
Kalau Ranni mau ikut berangkat pagi ini juga ke Jakarta. Karena jadwal kunjungan tahanan di KPK pas hari ini juga. Kalau tidak harus menunggu beberapa hari lagi. Peraturan di KPK kunjungan untuk tahanan hanya 2 hari dalam seminggu.
Rani setuju tetapi harus meminta izin terlebih dulu pada ibunya. Tante Lies juga akan turut memohonkan pada ibunya. Kemudian tante Lies segera menelefon ibunya Ranni. Diluar dugaannya ternyata ibunya memberi izin pada Rani untuk bertemu ayahnya.
Pagi ini juga Ranni bersama tante Lies berangkat menggunakan pesawat. Keinginan Ranni disamping melihat ayahnya, juga ingin bertemu tante Erna ibunya Ella. Padahal selama ini Ranni masa bodoh dengan keluarga ayahnya itu.
***
Di Jakarta mereka tidak langsung menuju tahanan KPK, melainkan ke rumah tante Erna dulu. Untuk selanjutnya nanti bersama tante Erna berangkat ke rumah tahanan. Kali ini tante Lies memberi kejutan dengan mengajak Ranni ke rumahnya.