Hari senin, di semester kedua aku baru saja memasuki hari pertama sekolahku di sekolah menengah pertama swasta yang baru. Aku baru saja pindah dari sekolah lamaku. Panggil saja aku Klara.
Hari itu adalah hari Senin. Hari yang paling aku benci. Kenapa? ya karna hari ini adalah hari upacara bendera. Aku diantar ayahku menuju sekolah yang baru. Karena kedua orang tuaku bercerai setahun yang lalu. Jadwal sekolahku jadi berantakan semua.
Alhasil jadinya begini, aku pindah dari sekolah lamaku ke sekolah swasta yang letaknya cukup jauh dari kota. Yah, karena aku ikut dengan ayahku. Kebetulan, profesi ayahku adalah seorang guru, lebih tepatnya guru sekolah dasar.
Saat ayah dipindah tugaskan ke daerah terpencil ini. Mau tidak mau aku juga harus pindah sekolah. Jadi inilah aku, klara anak pindahan dari SMP negeri ke sekolah swasta ini.
Meski ini bukan Senin pertamaku di kelas dua SMP ini. Entah mengapa aku merasa gugup. Tapi syukurlah, aku masih belum mengikuti upacara bendera hari ini. Karena pak Sasongko alias wali kelasku ini masih perlu berbincang-bincang perihal kepindahanku.
Pak Sasongko juga adalah teman ayahku disekolah ini. Jadi, aku harus sedikit ekstra hati-hati dengannya. Bisa-bisa nanti dia laporan aku perihal sikap jelekku disekolah. "Huh, berat sekali jadi diriku ini deh." ujarku menatap kearah wali kelasku yang sedang mengobrol dengan ayahku.
"Andai saja aku ikut dengan ibu, apakah akan seberat dan seribet ini hidupku?" Begitulah pikirku selintas seraya menatap lurus kearah pintu yang terbuka dimana ada beberapa siswa yang lalu lalang di luar sana.
"Tapi sepertinya akan sama saja deh. Yah, mungkin akan lebih ribet lagi karna ibuku juga sudah menikah lagi," imbuhku kembali sedikit membenarkan tali sepatuku yang akan terlepas.
Melihat ayah dan pak Sasongko cengengesan ngobrol di ruang guru. Membuat aku tambah bete berada disana. Gimana engga? Dua orang bapak-bapak yang lagi ngomongin masalah masa lalu mereka semasa sekolah dulu. Dan gue hanya duduk seperti kambing congek diantara mereka.
Karena bosan melihat mereka berdua yang ngobrol dari ujung kereta ke ujungnya lagi. Aku pun memutuskan untuk keluar ruangan guru tersebut. Ayah sempat bertanya padaku "Mau kemana kau Lara?" Tentu saja aku jawab "Toilet Yah."
Yah, aku tidak berbohong kok. Aku mau keluar untuk lihat-lihat sekalian pergi ke toilet. Kebetulan lapangan upacara dan ruang guru jaraknya cukup jauh. Jadi aku tidak perlu takut ketahuan guru dan siswa lainnya. Aku berjalan menuju toilet untuk sekedar merapihkan baju dan rambutku sejenak. Kemudian aku melihat-lihat sedikit ruangan yang ada di dekat toilet dan kantor para guru.
"Hmm, meski ini sekolah swasta di pinggir kota. Sekolahnya lumayan besar dan lengkap pula fasilitasnya," gumamku dalam benakku sambil melihat-lihat diluar ruangan.
Setelah selesai jalan-jalan kecil dari toilet. Aku kembali lagi ke ruangan dimana ayah dan wali kelasku, pak sasongko berada. Rupannya upacara bendera sebentar lagi akan selesai. Ayah juga harus kembali ke sekolahnya untuk kembali mengajar di sekolah dasar yang jaraknya cukup jauh dari sekolah baruku ini. Jadinya dia segera pamit kepada pak sasongko dan bergegas pergi setelah memberikan beberapa wejangan kepadaku. "Klara, ayah harap kamu bisa betah yah di sekolah ini. Ayah harus pergi kerja lagi, nanti pak sasongko yang akan mengantar ke kelas barumu." Ujar ayah padaku. "Iya ayah," jawabku singkat.