Pasha berada dalam sebuah bar, bertemu dengan beberapa rekan bisnisnya. Mereka bercengkrama panjang lebar mengenai kerjasama bisnis bertemankan sebotol anggur mahal. Di pertengahan pembicaraan itu, tanpa sengaja mata elangnya yang tajam, menangkap seorang gadis mungil berhijab, melesat masuk kedalam dengan mata yang menoleh kanan-kiri seperti mencari seseorang.
Kening Pasha berkerut tajam. Pasha jelas mengenal siapa gadis mungil berhijab itu. Dalam diam dengan sepasang alis tertaut erat, Pasha berpikir. Tempat ini terlalu terbuka bagi gadis tertutup sepertinya, tapi...
'Untuk apa dia datang kemari?'
Pusat perhatian Pasha pun berubah dari pembicaraan bisnis yang sangat menguntungkan, beralih pada permata langka yang sangat ia inginkan.
Hana.
Pasha dapat melihat Hana berjalan mendatangi seseorang. Itu adalah seorang wanita berambut ikal sebahu, yang tampak cukup mabuk setelah menghabiskan beberapa botol alkohol. Sekali pandang saja, Pasha jelas langsung mengenali siapa itu. Yang tak lain merupakan kandidat kedua. Pilihan Mak comblang yang katanya cocok untuk menikah dengannya.
Hana tampak berbicara pelan, sepertinya membujuk wanita mabuk itu untuk pulang. Namun tangan wanita berambut ikal itu terulur ke depan, mendorong Hana menjauh. Melihat hal itu, mata elang Pasha menyipit dingin tak suka.
Hana yang sepertinya belum menyerah, kembali mendekati wanita itu. Kali ini tampak Hana yang langsung berinisiatif mengalungkan tangan wanita itu ke lehernya.
Hingga sepasang mata elang Pasha yang masih menatap lurus kearah Hana, itu jatuh pada seorang pria pendek berperut buncit, yang diam-diam berdiri mendekati Hana. Tampak tangan pria itu yang besar dan gempal, hendak di darat kan ke bokong Hana yang sama sekali tidak mencolok.
Baju terusan panjang yang longgar, membuat tubuh mungil Hana benar-benar seperti tenggelam.
Mata Pasha menggelap tak senang. Beraninya pria sialan itu menyentuh permata berharga miliknya. Kilat cahaya membunuh pun muncul di mata elang Pasha yang kini menyipit bengis.
"Jadi bagaimana pak Pasha, apakah anda sejauh ini setuju dengan apa yang sudah kita nego—" Belum selesai salah seorang dalam perkumpulan itu berbicara.
Mereka terus dikagetkan dengan Pasha yang tiba-tiba berlari mendatangi meja depan bar. Detik itu, keributan yang menggemparkan seisi bar pun terjadi.
Bugh!
Pasha melayangkan kaki panjangnya dengan sekali terjang pergi menendang bokong pria paruh baya itu hingga terjungkal jatuh memukul lantai. Tampak pria berbadan gempal itu meraung keras kesakitan dan Hana sontak terkejut. Keira yang setengah mabuk, melihat kejadian itu, hanya menggeleng-gelengkan kepalanya setengah kasihan.
"Anda baik-baik saja pak?" Hana mendatangi pria paruh baya itu dengan raut wajah empati.
Bersamaan itu suara bariton seorang pria yang dingin, mengetuk gendang telinganya, "Tidak perlu membantu band*t tua seperti dia!"
Suara yang terdengar familiar itu membuat Hana dengan cepat menolehkan kepalanya ke belakang. Terus mata hitamnya terbelalak kaget mendapati Pasha berdiri di sana, "P-pak Pasha"
"Keluar!" Titah Pasha, matanya menatap dingin sepasang mata hitam Hana yang berkedip bingung.
"H-huh?" Aura dingin yang begitu kuat dari Pasha, membuat Hana mengedipkan matanya gugup.
"Kau seorang wanita berhijab, datang ke tempat seperti ini, dimana akal mu?" Rentetan kalimat yang keluar dari bibir Pasha itu bernada dingin. Berhasil membekukan sepasang bibir Hana yang tak dapat mengucapkan sepatah katapun.
"Ku katakan padamu CEPAT KELUAR!" Kali ini titah itu keluar dengan gertakan keras. Berhasil membuat orang-orang di dalam bar terdiam, segera mengalihkan perhatian mereka pada Pasha yang sudah merah padam tersulut api amarah.
Hana mau tak mau bergetar ketakutan. Pesona dingin Pasha berubah menjadi galak itu persis seperti harimau yang mengaum buas. Cepat Hana membimbing Keira untuk bangun dan bergegas keluar dari bar.
Pria paruh baya yang terkapar kesakitan di lantai, perlahan bangun. Ia segera mendatangi Pasha dengan buku limanya, "Kau brengsek!"
Pasha dengan sigap menahan pergelangan tangan pria paruh baya itu. Menggagalkan aksinya yang hendak meninju murka wajah tampannya. Dengan tatapan membunuh yang melibas dingin mata pria paruh baya di depan sana, pelan Pasha memutar pergelangan tangannya hingga pria berbadan gempal itu meraung kesakitan.
Beberapa penjaga keamanan bar terus mendatangi mereka. Pasha langsung melepaskan tangan pria paruh baya itu dan menatap dingin dua pria berseragam hitam yang baru saja datang.
Sebelum dua orang itu berbicara, Pasha terus berkata acuh tak acuh, "Aku hanya sedikit kesal" Pasha menepuk-nepuk kedua belah tangannya seperti menghapus debu kotoran, "Karena band*t tua ini menyentuh calon istriku"
Hana merasa kewalahan membawa Keira ke mobil. Karena sesampai di luar, Keira tidak henti-hentinya memberontak menolak untuk pulang, "Enggak, aku gak mau pulang..aku gak mau pulanggg.." Jerit Keira histeris.
Di bawah sinar rembulan, kedua belah pipinya yang chubby itu tampak merona merah karena pengaruh alkohol. Hana menghela nafas berat dan dengan sabar membujuk, "Kak Kei, ini udah mau jam sepuluh malam. Engga baik di luar..."
"Engga, aku engga mau pulang. Hotel..mana hotel.." Keira berputar-putar dengan langkahnya yang kacau, mulai melantur mencari hotel.