Malam harinya Pasha berdiam di ruang kerja, meninjau banyak dokumen yang dikirim Eman melalui surel pribadinya. Karena hampir setengah hari penuh Pasha tidak di perusahaan, maka banyak pekerjaan tertunda yang harus Pasha bereskan di malam harinya.
Setelah shalat Insya, Hana pergi ke dapur. Tapi sebelum itu Hana sempat melihat Pasha yang duduk di kursi kerja itu tampak serius memperhatikan layar tablet. Hana tau Pasha pasti sedang meninjau banyak dokumen yang tertunda karena menemaninya separuh hari ini.
Di dapur, Hana membuka kulkas dan mengambil sekotak susu vanilla yang kemudian ia tuangkan ke gelas. Setelah menuntaskan segelas susu vanila itu, Hana pergi mengambil sekotak jus sayur yang ada di kulkas dan menuangkannya ke gelas kosong lainnya. Hana membawa segelas jus sayur itu ke ruang kerja Pasha.
"Pak Pasha" Panggil Hana. Tangan kanannya memegang segelas jus sayur yang sengaja ia bawa untuk Pasha. Melihat jus sayur, itu sedikit mengingatkan Hana akan momen pertemuan mereka dulu. Di mana Hana tersedak dan Pasha menyodorkan segelas jus sayur yang berhasil membuatnya muntah-muntah di toilet.
"Em" Pasha sudah lama sadar gerakan Hana yang melangkah ke ruang kerjanya. Tanpa mengalihkan sedikit pun fokusnya dari layar persegi yang ada di di depan matanya itu, Pasha bertanya pada Hana, "Ada apa?"
"Ini saya bawain jus sayur" Hana menggeser beberapa file dokumen yang ada di meja dan meletakkan segelas jus sayur yang dibawanya di sana, "Saya pergi dulu ya pak"
Tepat ketika Hana berbalik, suara bariton Pasha terus menahan langkahnya pergi.
"Sebentar"
"Ada apa pak?" Hana berbalik menghadap Pasha yang masih sibuk dengan layar tablet ditangannya.
"Kemari!" Seperti biasa, perintah itu jatuh dari mulut Pasha selayaknya titah atasan pada bawahan. Hana yang sudah maklum dengan piawai nya itu hanya berjalan mendekati meja kerja Pasha.
"Saya sudah disini, kenapa Pak?" Hana berdiri di samping Pasha, matanya melirik sekilas ke layar tablet yang menunjukkan grafik-grafik yang tidak dimengerti nya.
"Ambil jus sayurnya"
"Oh!" Hana menyuguhkan ekspresi bingung mencerna maksud dari perkataan Pasha. Kebiasaan Pasha yang suka irit bicara itu kerapkali membuat Hana salah paham. Misal seperti peristiwa memalukan yang terjadi pada hari ijab qobul saat pemasangan cincin di jari manisnya. Hari itu rasa malu yang ditanggung Hana sungguh tak tergambarkan.
'Apa maksud Pak Pasha jus sayur nya aku bawa balik ke dapur aja ya? Barangkali pak Pasha lagi gak mood minum jus' Terka Hana setelah cukup lama berpikir.
Melihat Pasha yang hanya diam saja, sepertinya memang benar begitu. Hana tidak tersinggung, jus itu juga Hana antar atas niat baiknya sendiri. Jika Pasha memang tidak lagi mau minum jus, ya dia bisa apa?
Hana mengambil gelas jus sayur yang tadi ia letak di meja kerja Pasha dan siap untuk melangkah keluar. Tapi lagi-lagi suara berat Pasha menahannya pergi.
"Mau kemana?"
Hana berbalik kearah Pasha. Kali ini mata elang itu menatap tepat kearahnya, "Mau bawa ini ke dapur" Hana mengangkat segelas jus sayur yang dipegangnya.
"Kenapa dibawa ke dapur? Saya kan belum minum"
"Loh itu tadi bapak nyuruh saya ambil buat apa?" Mata Hana berkedip keheranan.
"Ya buat bantu saya minum"
"Huh?" Mata Hana membelalak tak mengerti.
"Saya lagi fokus meninjau ini, jadi kamu bantu saya minum jus itu"
"Saya? Minum jus ini?" Hana menunjuk gelas bening yang telah menjadi hijau karena isi didalamnya, "Engga Pak, saya gak mau. Bapak kan tau saya gak suka sayur" Jika tau akhirnya begitu, Hana menyesal mengantarkan minuman mematikan ini pada Pasha.
Pasha menatap Hana dengan ekspresi tertekan, 'Kenapa sulit sekali membuatnya paham maksud ku?'
Pasha mendesah berat dan melambai pada Hana untuk datang mendekat, "Berdiri di samping saya"
"B-buat apa pak?" Hana tidak lupa kalau yang didepannya itu adalah 'bos toxic' dan 'pangeran malam' yang sewaktu-waktu bisa menjadi antara keduanya dan apapun itu— cukup menyeramkan.
"Jangan buat saya bicara dua kali" Mata elang Pasha menatap Hana tajam, "Cepat!"
"I-iya pak" Hana hampir mati ketakutan. 'Ya Allah, kenapa suamiku se-horor ini...'
Setelah berdiri tepat di samping Pasha, tangan Hana yang memegang gelas itu bergetar. Pasha yang melihatnya diam-diam membatin, 'Apa ini? Jangan bilang dia takut padaku?'
"Apa-apaan ekspresi itu? Kamu pikir saya ini predator yang mau mangsa kamu?"
Meskipun Pasha sudah berkata begitu, Hana tetap tak dapat menahan diri untuk tidak menggigil. Menggigit bibir bawahnya, Hana menatap lantai takut-takut.
"Maksud saya itu—" Pasha mengambil tangan kanan Hana yang memegang gelas dan kemudian membawa gelas itu ke bibirnya. Pasha menyesap jus sayur yang dingin itu sedikit. Lalu mendongakkan wajahnya pada Hana, "Bantu saya minum seperti ini, mengerti?"
Hana tertegun, "Oh" Hana pun mengangguk kan kepalanya mengerti. Ternyata maksud Pasha adalah bantu memberinya minum seperti ini. Kini rongga pernapasan Hana terasa lebih lepas dari sebelumnya.