Pernikahan Yang Sempurna

Sifa Azz
Chapter #26

26. Ciuman Penghibur

"Ayo dong Hana ceritaa, gimana malam pertama kamu sama Pak Pasha.." Rengek Chaca pada Hana. Saat itu mereka tengah duduk-duduk di taman kampus. Niat awalnya mereka hendak mengerjakan tugas kelompok, tapi begitulah kaum hawa yang tak dapat terpisahkan dengan topik dan obrolan.


"Syutt, Chaca berapa kali sih aku bilangin jangan keras-keras..." Ujar Hana dengan ekspresi wajah tertekan. Bagaimana jika ada salah satu anak-anak kampus yang mendengarnya? Kabarnya yang sudah menikah itu pasti akan menyebar dengan cepat. Biar bagaimanapun pernikahan di kalangan pelajar seperti mereka masih sangat minim terjadi. Hana terlalu malu diketahui orang-orang jika ia sudah menikah.


"Makanya ceritaaa!" Tukas Chaca yang tak henti-hentinya menuntut Hana untuk bercerita. Sedang Miftah hanya menggelengkan kepala melihat kerenah Chaca itu yang bukan kali pertama buat mereka.


"Mau cerita apa? Toh gak ada kejadian apa-apa kok" Tutur Hana, karena begitulah yang terjadi. Dari awal memang ia sudah buat kesepakatan dengan Pasha. Lagipun pada malam hari itu, Pasha pulang lembur dan ia sudah tertidur pulas.


"Jadi maksudnya kamu masih perawan Han?" Chaca tergamam dengan muka polosnya. Sulit mempercayai hal itu terlebih ketika mengingat sosok Pasha yang dingin dan arogan. Chaca menduga, pria angkuh itu pasti akan segera menaklukkan Hana tak peduli apa. Tapi ternyata...


Hana bukan main merah rekah wajahnya ketika mendengar persoalan itu, "Eum" Hana mengangguk pelan.


"Pertahanan diri pak Pasha kuat juga ya" Chaca mengangguk-angguk kagum akan hal itu. Menurutnya, siapa yang bisa menahan diri dari wanita cantik dan lembut seperti Hana? Pasha padahal sah-sah saja melakukannya karena Hana sudah halal untuk Pasha. Tapi pria arogan itu benar-benar dapat menahannya.


"Terus malam itu kalian tidur berdua seranjang? Atau yang satu tiduran di sofa macam yang di drama-drama?" Lanjut Chaca lagi, seperti tiada habisnya.


Miftah yang mendengar itu terus menepuk jidat, "Ya ampunn Chaa, kepo banget sih. Kasian Hana lama-lama macam diintrogasi tau gak"


"Lah, kenapa? Orang teman sendiri juga" Chaca memutar bola matanya tak peduli. Di mata Chaca, Hana itu sudah seperti saudara perempuannya. Mungkin karena dulu ia begitu berhasrat menjodohkan Hana dengan kakak lelakinya. Sehingga Chaca membayangkan ia dan Hana akan menjadi saudari ipar. Tapi ternyata takdir berkata lain.


Hana sebenarnya sadar di balik Chaca yang terus-menerus bertanya itu, tidak lain itu karena Chaca sangat mengkhawatirkan keadaan pernikahannya, "Kami tidur seranjang berdua kok. Jadi udah ya nanya-nanya yang mengarah ke sana. Ya bukan apa, bagaimana pun itu kan privasi antara aku dan Pak Pasha, ya gak mungkin kan aku umbar-umbar keluar" Tutur Hana selembut mungkin, berharap Chaca mengerti.


"Nah tu dengerin!" Ujar Miftah seraya menepuk pundak Chaca.


"Iya-iya deh, aku gak nanya lagi" Chaca pun memutuskan untuk menyerah. Bagaimana pun apa yang dikatakan Hana benar. Privasi suami-istri sangat tidak pantas untuk di ceritakan keluar sekalipun itu adalah teman terdekat.


"Tapi kalo nanya-nanya hal yang wajar ya gak masalah kan?" Chaca mengangkat bahunya tersenyum lebar.


Hana dan Miftah hanya menggelengkan kepala melihat Chaca yang sepertinya ada saja yang hal yang harus memuaskan keingintahuan nya itu.


"Emang kamu mau nanya apa?" Hana tersenyum kecil.


"Kamu sama pak Pasha gak ada rencana buat honeymoon-an gitu?"


Hana terkesiap. Meskipun baru saja di bahas oleh Miftah kemarin, tapi ia sama sekali tidak teringat lagi akan hal itu jika Chaca tidak menanyakan nya saat ini.


"Belum tau sih, soalnya Pak Pasha gak ada bilang apa-apa. Karena sebelumnya aku juga udah bilang dari awal kalau aku mau fokus sama pendidikan S1 ku dulu, jadi ya mungkin karena itu kali ya Pak Pasha gak pernah bahas soal ini"


"Aku gak nyangka Pak Pasha bisa se-pengertian gitu Han" Ujar Miftah, "Karena kalo aku liat tampangnya macam gimana ya..." Miftah bingung ingin menjelaskan maksudnya seperti apa, "Ya pokoknya kaya gitulah" Tukas Miftah pada akhirnya.


"Iya aku ngerti kok" Hana tersenyum pada Miftah, tentu Hana mengerti maksudnya.


"Ya walaupun gitu-gitu, Pak Pasha punya sisi yang manis loh" Ujar Hana yang berhasil membuat Miftah dan Chaca penasaran.


"Contohnya?" Tanya Chaca.


"Kemarin pak Pasha gak kembali perusahaan buat rawat aku, terus tadi pagi Pak Pasha siapin sarapan buat aku dan semalam..." Hana menceritakan bagaimana paniknya Pasha ketika melihatnya yang terluka karena memasak bahkan sampai berkata dengan tegas kalau itu adalah kali terakhir ia memasak.


"Kamu serius Han?" Pekik Chaca dan Miftah bersamaan, seakan sulit mempercayai nya.


"Eum" Hana mengangguk tersenyum.


"Gawat Han, kalo gitu mah berarti pak Pasha protektif banget sama kamu Han" Tukas Chaca dengan sepasang matanya membulat penuh.


"Ya bagus dong" Seru Miftah.


"Ya memang bagus sih, tapi kalo kelewat protektif gimana?" Ucap Chaca. 


Miftah dan Hana saling bertukar pandang tak mengerti.


Lihat selengkapnya