Pernikahan Yang Sempurna

Sifa Azz
Chapter #27

27. Berdandan Jelek

Hana meraba bibirnya yang baru saja dicium Pasha. Tekstur kasar dan tebalnya bibir pria itu terasa masih membekas di sekujur bibir kecilnya. Hawa panas pun kian menjalar di kedua belah pipinya yang sudah memerah muda bak sakura mekar. Hana memegang dadanya, merasa detak jantungnya yang berdegup tak wajar. Ini sungguh berbeda dari yang sebelumnya.


"Haah, perasaan apa ini?" Meski samar, Hana dapat merasakan sesuatu yang membuncah dalam perutnya—menggelitik seperti jutaan kupu-kupu baru saja menyeruak keluar dari sana, "Kenapa rasanya begitu manis dan menyenangkan?"


Detik itu Hana sama sekali tidak sadar, bahwa dalam dirinya mulai tertanam bibit cinta untuk suaminya— Pasha.


Malam harinya, mereka ada agenda makan besar keluarga di sebuah hotel bintang lima yang dikelola oleh keluarga Pasha. Bisnis perhotelan keluarga El Murad tidak diragukan lagi keistimewaan dan kemewahan fasilitas yang tersedia didalamnya dan cabangnya pun sudah merambat di beberapa negara timur.


Pasha duduk di sofa, menunggu Hana yang tengah bersiap. Seperti biasa, Pasha menjadikan jam pasir kecil miliknya untuk menghitung waktu, "Ini sudah sepuluh menit, apa sudah selesai?" Seru Pasha, menyilang kan kedua kakinya merasa bosan.


"Sudah pak!"  Hana keluar terburu-buru, mendatangi Pasha yang menunggunya di sofa ruang depan.


Pasha menoleh dan menemukan Hana yang tampil anggun dalam gaun navy yang menjuntai indah membungkus pinggang rampingnya. Tak lupa dengan pasmina abu-abu yang melilit wajah kecil Hana membuatnya terlihat bak manekin— kulit putihnya begitu menonjol dan itu mengilap cerah di bawah sentuhan cahaya lampu.


"Ayuk pak kita pergi!" Hana langsung memakai sepatu pansus hitam polos yang dibawanya dari rumah. Itu cukup melengkapi penampilan formalnya malam hari ini yang untuk pertama kalinya datang sebagai menantu keluarga El-Murad.


"Ganti!"


"Apa pak?"


"Saya bilang ganti"


Hana mengedipkan matanya beberapa saat dalam keterkejutan, lalu pergi memperhatikan penampilannya, 'Apa penampilan ku kurang bagus ya?' Hana berpikir keras di mana letak kesalahannya, 'Atau mungkin yang dimaksud pak Pasha sepatunya kali ya?' 


Bagaimanapun acara itu di adakan di hotel El-Murad. Hana dan Pasha adalah tokoh utamanya malam ini. Pasha pasti tidak ingin jika orang-orang melihat istrinya memakai berang murahan. Karena sepatu pansus yang digunakan Hana adalah merek biasa yang di belinya di toko pinggir jalan. Tapi tidak dengan gaun yang dipakai Hana malam itu yang berharga jutaan.


"Maaf Pak, tapi saya gak punya sepatu lain. Kan gak mungkin saya pergi ke sana dengan sepatu yang saya pakai buat ke kampus" Tutur Hana. Karena beberapa sepatunya sengaja ia tinggal di rumah, mungkin di lain waktu ia akan mengambilnya.


"Yang saya maksud bukan sepatu, tapi gaunnya"


"Loh, memang kenapa dengan gaunnya pak? Ini baru sekali pake kok pak pas di pesta—"


"Saya gak mau tau, pokoknya ganti ke gaun yang biasa-biasa aja"


Hana membelalak kan matanya, 'Serius? Pak Pasha mau aku ganti ke gaun yang biasa-biasa aja? Tapi ini kan acara makan malam dua keluarga konglomerat. Ya masa sih pak Pasha...'


"Err..saya gak tau gaun yang bapak maksud itu gimana..atau kalau tidak bapak pilih saja biar cepat" Hana ingat terakhir kali ketika fitting baju wedding-nya. Jujur saja, hari itu Hana begitu kewalahan harus bergonta-ganti gaun dan terakhir— tak ada satupun yang memenuhi kriteria pria itu.


"Baik" Pasha bangun dari sofa dan mereka pun pergi bersama ke walk in closet. Di sana baju-baju Hana masih tertata dalam koper karena Hana belum tau harus meletakkan pakaiannya di mana.


Pasha yang melihat itu berpikir sepertinya ia harus menambah beberapa lemari lagi di ruang ini buat Hana meletakkan barang-barang pribadinya.


"Pakai yang ini saja" Pasha menarik sebuah gaun berwarna kuning lemon dari koper Hana. Itu hanyalah sebuah gamis simple yang biasa Hana gunakan pergi ke kampus.


Hana mengedipkan matanya tak mengerti, "Bapak serius saya pake baju ini buat ke acara makan malam keluarga?"


"Eum" Pasha meletakkan gaun itu di pundak Hana.


"T-tapi pak ini tu ba—"


"Sudah pakai saja, saya tunggu— lima menit" Pasha pun terus pergi dari ruang ganti meninggalkan Hana yang masih berdiri separuh percaya dan sedikit frustasi.


"Pak Pasha mah enak merintah-rintah doang, tapi gimana nanti pandangan orang-orang..."


Walau Hana tidak terlalu peduli dengan pendapat orang, tapi bagaimana dengan keluarga El-Murad? Bisa-bisa mereka berpikir Hana adalah menantu yang tidak tau meletakkan penampilannya. Bagaimanapun ini adalah makan malam formal dua keluarga besar. Dua-duanya keluarga konglomerat, tapi Hana datang dengan gamis...


Yang biasa Hana gunakan ke kampus?


"Haah, aku benar-benar tidak mengerti apa yang ada dipikirannya Pak Pasha"

                              —•••—

Setiba Hana dan Pasha di hotel bintang lima nan mewah itu, sederet staf hotel telah berjejer di depan menyambut putra pewaris yang tak lain— El-Murad Pasha. Hana berjalan di belakang Pasha dengan wajah yang sedikit menunduk malu. Hana merasa begitu tak adil bersanding di samping Pasha yang mengenakan jas tempahan khusus dan berkelas. Sedang ia hanya gamis bermerek pasaran yang biasa dipakainya ke kampus.


Hana terus berjalan di antara sambutan para staf yang tampak sekali-kali melirik kearahnya. Jelas dari tatapan-tatapan itu menyiratkan keraguan pada Hana— 'Apa benar ini penampilan seorang putri konglomerat?'


'Penampilannya cukup sederhana untuk seorang putri dari keluarga kaya'


'Tapi wajahnya benar-benar cantik'


Lihat selengkapnya