Pernikahan Yang Sempurna

Sifa Azz
Chapter #28

28. Pelanggaran Pertama

Shahbaz dapat merasakan ketidaksenangan Arya karena kelakuan keluarga besarnya. Shahbaz baru saja hendak mengatakan sesuatu untuk menghentikan alur pembicaraan itu hanya Pasha sudah bergerak mendahuluinya.


"Style Hana malam hari ini itu atas pilihan saya, jika kalian menganggap itu lelucon itu berarti kalian menghina saya"


Sejurus kata-kata itu keluar dari mulut Pasha, tak seorangpun di meja makan yang masih berani tersenyum. Termasuk Aira yang sudah menciut dengan pandangan tertunduk ke bawah. Sejak dulu Aira selalu takut dengan pesona Pasha yang dingin dan acuh tak acuh itu.


Keira dan Ratna yang sejak tadi sudah memanas dengan tenggorokan yang sudah sangat gatal ingin mengatakan sesuatu, kali ini dapat merasa lega melihat Pasha yang turun tangan untuk membela Hana.


"Ah, ternyata selera keluarga El-Murad sangat kuno ya" Keira tersenyum jahat kearah Aira. Keira tidak puas jika tidak melakukan sesuatu sebagai balasan.


"Siapa tadi yang berkata... 'Style apa nya? Siapa yang masih hidup dengan era sembilan puluhan di abad-21 ini'—" Ratna juga tidak ketinggalan. Wanita yang selalu kompeten dalam berbagai aspek itu sekilas tersenyum pongah menatap perempuan paruh baya di samping Aira.


Israna diam-diam mengepalkan tangannya menatap Ratna tak suka, 'Anak muda sekarang cukup berani menyindir orang tua!'


"Tak taunya itu keponakannya sendiri" Tutup Ratna dan kakak-beradik itu tanpa ragu tertawa.


Arya tidak mengatakan apa-apa. Baginya mata di balas mata dan gigi dibalas gigi. Jadi apa yang dilakukan kedua putrinya itu sudah tepat. Sedang Hana diam-diam tersenyum, hati kecilnya merasa tersentuh dengan apa yang dilakukan Ratna dan Keira.


"Sudah cukup, ini adalah makan malam pertama kalinya antara keluarga El-Murad dan Arslan, jadi jangan ada lagi yang memperkeruh suasana" Shahbaz melayangkan tatapan tegasnya pada Israna dan Aira. Jika dua orang itu tidak memulai, suasana tidak akan menjadi seperti ini.


Makan malam pun berlalu dengan sangat membosankan. Orang-orang berbicara tentang bisnis. Hana dapat melihat Ratna yang sesekali ikut nimbrung dan Keira yang mengunyah makanan dengan bosan. Hana menoleh sekilas pada Aira, tampaknya wanita muda itu tidak begitu tertarik dengan topik yang dibahas, tapi Aira tetap berusaha keras untuk masuk kedalamnya.


Diam-diam Hana mendesah berat, 'Aku ragu mengatakan ini perkumpulan keluarga..'


Hana bangun dari duduknya, berniat ke toilet. Tapi tangan Pasha dengan cepat mencekal pergelangan tangannya, "Mau ke mana?"


Hana refleks meringis, tekanan yang Pasha berikan begitu kuat, "Ke toilet Pak" Hana meleraikan tangan Pasha yang masih memegang erat pergelangan tangannya.


"Jangan lama!"


"Eum"


Hana pun pergi meninggalkan ruang makan dan pergi ke toilet.


Sekitar sepuluh menit berlalu, melihat Hana yang belum juga kembali. Pasha memutuskan untuk menyusul Hana. Hanya di pertengahan lorong, Pasha menemukan Hana yang sedang bercengkrama dengan seorang pria. Tampak Hana tertawa kecil dan sesekali wajah cantik itu terlihat tersenyum malu-malu.


"Ah, jadi kak Fawaz di sini tu karena ada perayaan ultah anak direktur rumah sakit tempat kak Fawaz koas.." Hana baru saja keluar dari toilet, tidak menduga di pertengahan jalan ia akan bertemu dengan Fawaz di gedung hotel yang besar ini.


"Iya, ultah putrinya yang baru aja genap lima tahun" Fawaz tersenyum sekenanya.


"Ohh, terus kenapa kak Fawaz ada di sini? Acaranya belum selesai kan?"


"Belum" Fawaz menggeleng, "Tadi keluar sebentar niatnya mau nyari angin, eh gak taunya malah ke temu kamu disini. Soalnya bosan banget didalem..."


"Sama kak, aku juga bosan di dalem. Katanya makan malam keluarga, tapi yang diomongin bisnis muluk.."


Hana dan Fawaz sama-sama tertawa kecil.


"Gimana kalo ikut kakak aja keluar nyari angin?"


"Ah, boleh kak!" Hana dengan semangat mengangguk.


Tapi suara dingin yang tiba-tiba muncul dari belakang, seketika membuat tubuh Hana menegang.


"Mau ke mana kamu?"


Tanpa sadar kedua bahu Hana bergetar. Itu tertangkap jelas dalam retina Fawaz. Pelan Hana berbalik badan dan takut-takut menoleh pada Pasha yang selangkah demi langkah berjalan kearahnya.


"P-pak Pasha"


"Katamu tadi ke toilet, tapi malah bermesraan dengan pria lain di sini"


"Pak Pashaa!" Hana menatap sedikit galak Pasha. Teganya pria dingin itu berkata seperti itu. Padahal Hana hanya mengobrol biasa saja dengan Fawaz.


"Saya tadi memang ke toilet kok, tapi gak taunya ketemu sama kak Fawaz di sini. Pak Pasha jangan salah paham, kak Fawaz ini kakak lelakinya Chaca sahabat aku. Jadi sekedar mengobrol bertegur sapa wajar dong" Terang Hana. Dadanya naik turun seiring nafasnya yang tak beraturan. Ketakutan dan kemarahan segalanya sudah bercampur aduk.


"Wajar katamu? Kamu tidak ingat ya pesan saya tadi apa?"

Lihat selengkapnya