“Jadi, lo beneran bakal resign?” Mbak Milan terbelalak sampai melangkah mendekatiku yang sibuk memasukkan buku dan laptop kedalam tas.
“Rencana memang pasti, tapi gue juga harus dapet pekerjaan dulu sebelum selesai dari sini.”
“Lantas, diantara kita berempat siapa duluan yang bisa keluar?” Anggia ikut nimbrung.
Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam. Kelas terakhir baru saja selesai pada pukul setengah delapan. Seluruh murid kelas dua belas yang mengikuti kelas intensif UTBK juga telah pulang semua. Alhasil, sembari membereskan barang-barang di ruang tutor aku, Mbak Milan, Anggia dan Aulia biasa update kejadian yang dialami seharian ini. Kita akan sebebasnya mengatakan hal apapun, sebab Lydia yang biasa menjadi topik utama telah pulang lebih dulu.
“Bukan siapa duluan dong, kak. Tapi, siapa yang masih lama akan bertahan disini.”
Serempak Aku, Mbak Milan dan Anggia menjawab. “Elo dek!”
Dengan wajah kecut serta bibir bawah yang lebih maju, Aulia seolah pasrah. “Mbakkk. Jangan gue, please.”
“Terus, masak gue, Li?” Mbak Milan sebagai senior mengusap pundak Aulia perlahan memberi semangat- tapi lebih tepat mengejek. “Anak kecil jangan pindah kerja buru-buru. Perbanyak belajar dan pengalaman dulu, ya.”
“Yang ada gaji gue habis aja buat ke psikiater, Mbak.”
Tiba-tiba pintu ruangan tutor terbuka tampak Lydia berdiri di depan. “Udah malem jangan banyak gosip.”
Sial. Demi apapun semua yang ada di ruang ini sejak tadi berharap Lydia tidak mendengar apapun, terlebih soal resign. Sebab, kalau terdengar dapat dipastikan Lydia akan menambah kerjaan diluar job desk.
“Besok Bu Bertila mau ada meeting jam sepuluh, jadi kalau ada jam mengajar harap dialihkan dulu.”
“Si… ap. Mbak.”
“Okey, Lyd.” Jawab Mbak Milan dengan nada akrabnya, tapi lebih tepat mengalihkan suasana.
Kalau diperhatikan, diantara kita berempat Anggia paling aneh. Dia tidak pandai berkamuflase. Hidup serba jujur seperti dia pasti lebih mudah untuk dimanfaatkan.
“Oke.” Lydia hendak berbalik tapi tertahan. “Oh ya, mungkin meeting besok gue saran sama Bu Bertila untuk buat sesi ghibah ya, supaya kalian betah dan gak ada niat untuk resign.”
Wajahku kali ini pasti paling terlihat bego.
Lydia pergi dengan menutup pintu sedikit keras membuat Aulia tersentak kaget. Mbak Milan pastinya sudah menahan gondok.
“Busetttt. Dia denger dong.” heboh Mbak Milan.
“Baguslah, biar sadar kali, Mbak.” sambungku, sebab itulah hal yang mesti seorang Lydia Sania dengar dari member atas pimpinannya.