Sebulan berlalu semenjak pembukaan lamaran sudah ada beberapa kandidat yang siap dipanggil untuk persiapan pegawai pengembang website bersama Julia nanti. Keempat tutor juga dikerahkan untuk belajar ekstra bagaimana menggunakan website dan juga tutorial mengajar jarak jauh melalui website terbaru. Tidak hanya itu, mereka juga dipaksa untuk membuat konten pembelajaran melalui video record. Waktu seharian bisa mereka habiskan sepenuhnya di kantor. Kerja lembur sudah lewat sebulan ini ternyata hanya membuat tubuhku menurun satu kilo, diet ketat hampir sembilan puluh persen gagal kuterapkan.
“Gile, gue udah kaya kerja romusha tau.” keluhku ketika duduk di bangku ruang privat A, basecamp para tutor ketika jam makan siang.
Tidak biasanya Lydia memperbolehkan seluruh tutor istirahat makan sebelum jam dua belas siang. Ternyata usai ini ada panggilan bagi pelamar dari lowongan yang dicari oleh kantor.
“Kerja paksa sampe gaji juga dipaksain cukup dan gak naek-naek.” keluh Mbak Milan sesuai fakta yang ada.
Anggia mendengus keras. “Jangankan gaji naik, cari pegawai pengembang IT aja cuma satu biar penghematan pegawai tau gak Lo, Mbak?”
“Lo tanya gue? yeaa.. percaya seratus persen.” Mbak Milan menjawab sambil cengengesan keras sekali.
Spontan aku dan Anggia langsung menutup mulut Mbak Milan. Aulia mendekatkan wajah tepat di depan Mbak Milan. “Tolong dikondisikan Mbak Milan, ndoro ratu nanti denger.” kata Aulia melembut.
Tenaga Mbak Milan jauh lebih kencang, cengkraman Aku dan Anggia sudah terlepas.
“Gue sengaja tau, supaya dia sadar kondisi sebenarnya.”
“Percuma, Mbak,” balasku jengkel. “Terakhir dia pake headshet, pasti dia cuma pura-pura gak denger apapun tapi sebenernya nguping kalo kita gosip.".
“Itu tujuan gue, Juliaa!” balas Mbak Milan lagi tidak kalah keras.
Waktu memang tak terasa cepat saja berlalu, aku sudah selesai makan bekal dan bersiap kembali di ruang privat C untuk kembali berkutat di depan website lagi.
"Mau kemana, Jul?" Tanya Mbak Milan saat aku baru saja menutup loker sehabis memasukkan kotak bekal.
"Balik ke laptop!"
"Semangat ya, pengabdian sama kantor sebelum resign, ya!" Lagi ejek Mbak Milan sembari melangkah keluar dari ruangan.
Rasanya kalau diingat selama sebulan ini pekerjaan untuk pengembangan website yang Bu Bertila berikan kepadaku berjalan sangat lancar. Bahkan, ketika tutor lainnya mempelajari setelah kujelaskan mengalir dengan mudah walaupun sebelumnya tampak begitu rumit. Namun, ketika ditilik, aku tidak menemukan rasa menyerah untuk terus mempelajarinya dan begitu enjoy. Apakah keinginan tidak memperpanjang kontrak hanyalah emosi sesaat? Atau selama ini passionku ada ketika bekerja secara online begini daripada mengajari mata pelajaran seperti biasa di dalam kelas? Hatiku bimbang sendiri memikirkannya.
Melewati lobi, aku melihat Lydia tengah duduk tepat di depan komputer menyala namun jemari serta fokusnya terpaku ke depan layar ponsel. Tidak lain dia pasti sedang bermain games. Beberapa berkas di tanganku langsung kusimpan begitu saja di sampingnya.
"Kenapa taro disini?" Tanya Lydia yang sekilas melirik.
"Ini beberapa kandidat yang kemarin Mbak minta saya sortir," aku mengambil salah satu map coklat itu dari tumpukan paling atas. "Saya lebih prefer ke kandidat yang ini, Mbak!"
Lydia melepas ponsel dan berbalik menghadapnya. Tangan lainnya mengambil map yang aku berikan. Dia membaca sedangkan aku masih berdiri mematung memastikan map itu sesuai kriterianya.
"Gue oke… Lo bisa save nomornya lalu hubungi supaya besok bisa berangkat untuk langsung magang."
"Oke, Mbak."