Waktu launching website dari Lembaga Ruang Belajar yang semakin dekat menandakan banyak malam-malam panjang yang akan aku lalui berdua dengan Irfan seperti saat ini. Pukul 22.23. Sepertinya bukan waktu yang produktif untuk seorang pengajar yang baru pulang kerja, namun itu harus berlaku untukku saat ini, tidak untuk jangka panjang.
“Lo nggak bawa motor, Jul?” tanya Irfan yang tampak sudah siap dengan setelan jaket bomber warna merah dan helm NHK warna serupa.
Aku mengangguk sambil sibuk membalas pesan di grup keluarga, lalu berjalan ke arah pintu.
“Gue anterin aja, Jul!” tawaran Irfan spontan mengalihkan pandanganku.
Tapi mengapa rasanya aneh?
Aku sudah selesai membalas pesan langsung menutup ponselku, menengok Irfan yang kini berjalan di sampingku dengan menaikkan kedua alisnya.
“Lo gak modus, kan, kali ini?” celaku.
“Astagfirullahaladzim!” Mata Irfan membulat karena kaget, “Lo liat deh sekarang jam berapa? jam aman gak sih buat anak gadis pulang? gak akan gue macem-macem juga kali, Jul!”
Tawaku pecah, baru kali ini aku melihat wajah Irfan yang sangat konyol menurutku. Padahal tidak ada niat juga untuk berfikir kalau menawarkan tumpangan di malam hari ini sebagai sinyal pendekatan yang dinyalakan oleh Irfan. Benar bukan sebuah tes juga, murni asal ucap dari mulutku.
Sampai seluruh tawaku puas akhirnya kepalaku mengangguk. “Ayoklah pulang anterin gue, biar hemat ongkos juga gue!”
“Amankan? lumayan lagi ongkos gojek bisa lo beliin seblak di gang depan, kan?” sambung Irfan.
“Bener juga lagi.”
Mematikan lampu, memastikan seluruh barang elektronik sudah dimatikan pula, Irfan dan aku langsung mengunci pintu.
Berada diatas motor Irfan dengan angin malam yang terasa syahdu malam ini mengembalikan memori lama Julia bersama sang mantan. Namun, mengingat kata mantan rasanya jiwa kepo Julia meronta untuk mengulik kisah asmara Irfan dan Milan dahulu. Mengapa pada akhirnya mereka memutuskan menjadi mantan?
“Gue jadi inget mantan gue, Fan!” dari posisinya duduk Julia sedikit memajukan tubuhnya hingga menepiskan jarak bibir Julia dengan telinga Irfan supaya dapat didengar jelas tanpa mengulangi kalimatnya lagi.
“Kenapa mantan lo? suka ngajak jalan pakai motor juga kaya Dilan?” jawab Irfan yang pasti asal saja.