Hidup adalah perjalanan, maka belajarlah dari mereka yang sudah berjalan lebih dulu agar kakimu tidak salah melangkah dan menapaki hidup ini.
***************
Seorang pria yang sejak tadi memerhatikan Anam akhirnya mendekati gadis itu. Bahkan gadis itu tidak terganggu oleh kehadirannya saking fokusnya pada kertas yang sudah diwarnai oleh anak-anak tadi. Pria itu tersenyum, gadis ini semakin cantik kalau terlihat serius.
"Sibuk banget ya, Nam?" Anam memasukkan gambar terakhirnya dan menoleh pada orang yang bertanya pada dirinya, Anam kenal pria itu kak Nansar tetangganya yang bekerja sebagai abdi negara. Dia berumur 28 tahun dan masih belum menikah.
"Nggak sih kak, aku malah senang jika bisa melakukan hal ini setiap hari." Anam tersenyum menatap Nansar. Nansar segera duduk di samping Anam memerhatikan Anam yang sudah kembali mengalihkan fokusnya dari Nansar.
"Kamu berbeda banget, kamu tipe cewek idaman aku banget." Anam meremas tangannya, tidak tahu mau membalas apa pernyataan pria ini. Anam tidak mau memberikan harapan pada pria itu, bagaimana pun juga kadang gurauan pun akan dianggap kenyataan bagi orang-orang yang menyimpan harapan.
"Kakak terlalu memuji, mana ada cewek idaman macam aku." Anam tersenyum kecil pada Nansar. Nansar tersenyum lebar, perempuan ini terlalu merendah diri. Nansar tidak pernah mengerti apa yang ada diotak gadis ini, sampai menghabiskan waktunya melakukan hal-hal yang tidak penting seperti ini.
"Aku tahu kok kamu pasti tertekan di rumahmu, kamu pasti mencari pelarian untuk semua rasa tertekanmu itu, kan?" Anam mengernyit, bibirnya bergerak tapi akhirnya mengatup kembali. Tidak penting untuk menjelaskan pada dunia jika dirinya baik-baik saja toh banyak orang lebih setuju dengan persepsinya sendiri, kan? Daripada mempercayai penjelasan orang yang bersangkutan. Nansar tersenyum senang melihat Anam yang terdiam.
"Tidak seperti itu." Anam berdiri mengangkat tasnya, Nansar ikut berdiri sepertinya gadis ini sudah akan pulang.