PERSETAN: PERJANJIAN MAMA

Wafa Nabila
Chapter #11

Kenyataan Yang Mengerikan

Sembilan tahun yang lalu ...

Aku, menatap Mama yang terlihat habis menangis, matanya memerah bagaikan habis memotong bawang, dia tersenyum sambil mengusap-usap kepalaku dengan sayang, lalu mencium lembut keningku, seolah aku sedang sakit parah.

Aku terbaring di rumah, dengan demam yang belum sembuh-sembuh juga. Mama terisak di tepi ranjangku dengan menggenggam tanganku erat-erat. Serta merta mengusap pipiku.

Mama sedang berduka.

Kutatap kedua matanya yang cokelat terang itu, banyak air mata, berlinang dengan sendirinya. Tanpa kuusap, air mata itu jatuh sendiri dan menghasilkan lagi. Aku masih terlalu kecil untuk bertanya; Mama kenapa. Namun hatiku berkata bahwa aku harus bertanya keadaannya.

“Engga apa-apa,” jawab Mama tetap menggenggam tanganku erat sekali, hampir mama melupakan jika aku masih butuh untuk bernapas. Mama mengusap tanganku yang tadi digenggamnya.

“Mama sayang kamu, sangat sayang, Luna, kamu jangan bandel ya,” kata Mama sesenggukan. Aku mengangguk dan nyengir.

“Aku engga bandel, Ma,” kujawab dengan pelan.

“Mama sayang kamu, sayang Delon, sayang Andro. Pokoknya Mama sayang kalian,” tambah Mama.

Aku hanya bisa nyengir dan ikut mengusap tangan Mama yang dingin, tubuhku hangat, kami saling menyatukan aura yang berbeda.

“Ma, Delon ke mana? Sama Andro,” kutanya tiba-tiba membuat Mama menangis kembali, terisak, aku pun duduk dari tempatku yang sedang tiduran di ranjang.

Kemudian mengelus wajah Mama dan menghapus setiap air mata Mama yang terjatuh. Mama mencium lembut tanganku.

“Delon,” kata Mama. Aku menaikan alis.

“Delon lagi mengambilkan kamu kupu-kupu,” kata Mama.

Aku mengerutkan kening.

“Kupu-kupu?”

“Iya, kesukaan kamu, kan itu kupu-kupunya.” Mama nyengir dalam air matanya yang kembali menggenang. “Delon ambilin kamu kupu-kupu, eh dia terjatuh deh, Lun.”

“Yah, kok jatuh,” kataku yang terlihat sedih, ternyata apa yang membuat Mama sedih itu karena Delon terjatuh, aku ikut merasa dengan kesedihan Mama. Pasti Delon sedang diobati.

“Iya, jatuh terpelanting saat ambil kupu-kupu buat kamu, kupu-kupunya katanya cantik. Sayang-sayang kalau engga diambil. Mama juga melihatnya kok, sekarang sudah terbang.”

“Terus bisa ditangkap lagi engga, Ma?”

“Kupu-kupunya engga bisa ditangkap lagi sayang, mereka sudah pergi jauh sekali.”

“Kok mereka, Ma?”

“Kupu-kupunya dua sayang.” Aku mengangguk-angguk kemudian merebahkan kepalaku lagi di atas bantal. “Terus sekarang Delon di mana, Ma?”

“Di rumah sakit sayang, masih sakit, kakinya patah, butuh diobatin.”

Lihat selengkapnya