Suara deburan ombak membangunkanku pagi ini. Katt masih tertidur pulas dalam dekapanku. Aku membiarkan Katt yang masih tertidur dan menyelimutinya lagi. Kupandangi wajahnya yang tampak berseri-seri itu. Rasanya aku tidak akan bosan jika harus memandanginya terus menerus seperti ini. Kucium keningnya dan membiarkannya melanjutkan mimpi indahnya. Aku segera bangun dan menyiapkan sarapan. Jam masih menunjukkan pukul sembilan pagi saat aku sudah selesai menata piring di meja makan. Lebih baik aku mandi saja dan menunggu Katt bangun dengan sendirinya.
“Luc, kau sudah mandi?” tanyanya sambil menutupi tubuhnya dengan selimut.
“Oh, kau sudah bangun? Sebaiknya kau meninggalkan selimut di kamar bukan malah membawanya untuk berjalan-jalan Katt,” tegasku kepadanya.
“Aku malas mengganti baju,” sahutnya.
“Hmm… aku sudah menyiapkan sarapan. Ayo kita segera sarapan, kau pasti sudah lapar. Tapi, kau mandi dulu saja agar lebih segar. Kau masih terlihat mengantuk,” balasku dan meninggalkannya yang tengah berdiri mematung di depan tangga.
Katt menuruti perintahku dan segera ke meja makan untuk sarapan bersamaku. Kami menceritakan banyak hal saat sarapan hari ini.
“Ah Luc, kemarin aku merapikan kamarmu tapi, tidak banyak yang bisa aku lakukan di sana, huh! Semua sudah rapi dan bersih. Kau seorang pria kenapa selalu serapi dan sebersih ini sih? Aku jadi tidak bisa melakukan banyak hal kepadamu. Seharusnya aku tiap hari mengomelimu karena kau tidak menata kamarmu dengan rapi,” ungkapnya kesal.
“Hahaha… kau ingin aku menjadi pria yang kotor seperti itu?” candaku.
“Ya! Aku ingin merasakan bahwa aku ini juga bisa membantumu! Kau terlalu sempurna Luc! Tidak ada celah sama sekali!” gerutunya.
“Mungkin kamarku akan aku jadikan ruang kerja saja. Mulai hari ini dan seterusnya kamarmu menjadi kamarku juga. Oh! Karena kita sudah satu kamar, mungkin aku akan membuat kamar baruku kotor, bagaimana kau suka?”
“Ide bagus! Dan kau jangan selalu bangun pagi, aku ingin selalu menyiapkan sarapan untukmu bukan malah kau yang menyiapkan. Aku merasa gagal di hari pertama menjadi istri!” ocehnya.
“Tidak, kau tidak gagal kok. Baiklah, mulai besok aku akan bangun setelah kau bangun dan sudah menyiapkan sarapan. Sekalipun aku sudah bangun lebih dulu mungkin aku bisa melakukan hal lain agar pekerjaan dapur tetap kau yang menangani, setuju?”
“Setuju, janji ya?” ucapnya terdengar manja.
“Iya, aku janji,” balasku.
“Oh iya, aku menemukan sketch bookmu saat merapikan meja kerja. Gambarmu sangat bagus. Semua terlihat hidup. Tapi kenapa kau selalu menggambar ombak saja? Aku bosan melihatnya. Hanya ada beberapa yang berbeda. Tapi, hampir semuanya diisi gambar ombak!”