Jika perhitunganku benar, maka bulan ini adalah perkiraan untuk persalinan Katt. Aku sering menanyakan keadaan Katt kepada suster di rumah sakit tersebut. Tidak ada gangguan pada bayi dan dirinya, semuanya sehat. Aku tak sabar menunggu hari persalinan. Setiap hari, kado persiapan untuk kelahiran anak kami selalu aku kirimkan kepadanya. Sebuah paket tanpa nama pengirim dan ada nama Katt di dalamnya. Baju bayi, popok, tempat tidur bayi, bubur bayi, semua yang berhubungan dengan bayi aku siapkan semua. Katt selalu tersenyum bahagia saat menerima paket dariku. Meskipun dia tidak akan tahu siapa pengirim paket itu. Senyum tipis yang tergambar di wajahnya sudah menjadikan suatu kebahagiaan bagiku.
Suasana pagi masih begitu dingin dan sepi. Kuamati laptopku dan melihat Katt sedang mempersiapkan barang-barang yang akan dibawa untuk ke rumah sakit. Sepertinya hari ini adalah kemungkinan Katt akan melahirkan. Aku turut serta mengemasi barangku untuk segera mengikutinya ke rumah sakit. Jaket tebal, selimut, makanan ringan, buku, dan dompet. Persiapan untuk menunggu Katt saat melahirkan nanti. Mengawasi dari jauh tidak akan membantu untuk keadaan seperti ini. Aku harus ada di sampingnya saat dia melahirkan nanti. Tak sabar untuk segera berjumpa dengan anakku di dunia ini. Meskipun secara biologis bayi yang akan dilahirkan Katt bukanlah darah dagingku, tapi aku akan tetap menganggap anak itu nanti adalah anakku.
Semua barang-barangku sudah aku masukkan ke dalam mobil dan aku sudah bersiap untuk menyalakan mobil jika Katt sudah keluar dari rumah. Sekitar dua jam Katt tidak kunjung keluar dari rumah. Dia masih sibuk menata semua barang yang akan ia bawa. Katt memang tidak tahu cara berkemas. Semua barang yang dianggap penting juga dimasukkan ke dalam tas. Jika dibiarkan dia akan membawa koper hanya untuk pergi bersalin. Aku tertawa melihat hiburan di pagi ini, Katt terlihat kebingungan mempersiapkan barang. Dia juga membawa foto yang ada di dalam laci kamarnya itu. Oh Katt… aku ingin menemuimu tapi aku tidak ingin memperburuk kondisimu saat ini.
Pukul sepuluh pagi, Katt keluar dari rumah. Membawa barang bawaan yang cukup banyak. Ia tak kuat mengangkat barang-barang itu. Jalan satu-satunya, ia menyeret barang-barang itu dan mencoba memasukkannya ke dalam mobil. Saat semua sudah siap, Katt mulai menyalakan mobilnya dan terlihat sedang memutar radio. Aku mengamatinya dari dalam mobilku. Dia tidak akan menyadari jika aku berada tepat di depannya. Dan mungkin juga karena mobilku yang sudah aku ubah warnanya. Dulu saat kami masih satu rumah, mobil ini berwarna putih bersih dan saat Katt meninggalkanku, aku mulai mengubah warna mobil ini menjadi hitam legam untuk persiapan pengintaian Katt.
Tak berselang lama setelah memutar radio, Katt segera keluar dari halaman rumahnya dan pergi menuju rumah sakit. Lima belas meter aku berada di belakang mobil Katt, kalaupun sampai aku tertinggal jauh, aku masih bisa mengejarnya karena adanya mesin pelacak yang aku pasang di mobil Katt. Dia berhenti di depan sebuah supermarket dan aku memilih memarkir kendaraanku jauh di belakang mobilnya. Makanan ringan di supermarket menjadi tujuannya. Sedari pagi memang tak kulihat Katt menikmati sarapan, bahkan di meja makan saja tidak ada sarapan sama sekali. Sudah kebiasaannya bangun siang lalu melewatkan sarapan. Aku mencoba mengikutinya masuk ke dalam supermarket.
“Permisi Nona, nanti jika wanita yang tengah hamil dan bermata hijau itu akan membayar pakai saja uang ini ya, jangan terima uang darinya. Katakan saja apapun asal jangan menyebut ada orang yang membayarkan untuknya ya?” pintaku kepada pegawai kasir supermarket sambil memberikan beberapa lembar uang.
“Oh, baiklah Tuan,” balasnya ramah dan menerima uangku.
Aku mulai berkeliling ke dalam supermarket dan melihatnya memilih makanan ringan.
“Sepertinya aku akan membutuhkan ini,” terdengar suara Katt sedang menimbang-nimbang barang yang akan dia beli.
“Mungkin juga ini! Ah, aku bingung! Aku masukkan saja semua!” gerutunya sambil memasukkan barang belanjaannya ke keranjang.
“Maaf Nona, apakah aku bisa meminta tolong sebentar?” tanyaku kepada seorang pegawai supermarket yang tengah berjaga.
“Iya Tuan, ada yang bisa saya bantu?” responnya cepat.
“Bisakah Anda menemani wanita hamil itu untuk berbelanja kebutuhannya? Dia tidak bisa memilih barang dengan baik, tolong rekomendasikan barang yang terbaik untuknya …,” pintaku sambil menunjuk ke arah Katt.
“Baiklah Tuan,” sahut pegawai itu cekatan dan segera mendampingi Katt.
Aku masih mengamati dari jauh dan mencoba terlihat natural dengan berpura-pura belanja.
“Permisi Nyonya, apa ada yang bisa saya bantu?” tanya pegawai tadi kepada Katt.
“Ah, iya. Saya tidak bisa memilih vitamin untuk ibu hamil dan vitamin untuk setelah melahirkan. Bisakah Anda membantu saya?” balas Katt ragu.
“Iya Nyonya. Untuk vitamin merek yang ini lebih bagus daripada yang Nyonya ambil, meskipun harganya lebih murah tapi manfaatnya lebih banyak. Semua ibu hamil di daerah sini juga membeli yang ini,” jelas pegawai itu sopan.
“Oh, begitu. Baiklah, saya akan mengambil yang Anda sarankan. Bolehkah saya meminta tolong Anda untuk menemani saya belanja? Saya selalu bingung untuk memutuskan membeli suatu barang,” pinta Katt.
“Tentu saja Nyonya, saya akan membantu Anda. Permisi Nyonya, saya bawakan saja keranjang belanjanya. Anda sedang hamil besar, jangan terlalu lelah,” ucap pegawai itu menasehati.
“Terima kasih Nona atas bantuannya,” balas Katt sambil memberikan keranjang belanjanya.