Menunggu Katt melahirkan membutuhkan waktu yang lama. Aku memutuskan untuk mencari data tentang penembak misterius itu. Mulai dari nomor polisi hingga rekaman kamera di pinggir jalan. Wajahnya benar-benar tertutup rapat. Aku tidak bisa mengenalinya sama sekali. Nomor polisi yang ditujukan tidak memiliki ciri-ciri yang sama dengan orang yang menggunakannya. Pemilik kendaraan tersebut seharusnya memiliki badan yang besar dan bertubuh pendek. Tapi pengendara tadi memiliki badan yang atletis, jelas bukan pria pemilik kendaraan ini pelakunya. Kemungkinan motor yang ia gunakan adalah hasil curian. Aku tidak bisa menunggu hasil investigasi polisi, terlalu lama! Hah! Sial! Aku harus menghubungi Ryan untuk masalah ini.
“Kapten! Ada apa menghubungi, tumben sekali,” suara Ryan terdengar dari teleponku.
“Kau ada di mana saat ini?”
“Aku sedang di apartemen, belum ke markas. Ada apa?” tanyanya penasaran.
“Aku baru saja diserang oleh seorang penembak misterius. Dia mengejar Katt! Aku sudah menghabisinya, tapi aku tidak tahu dia itu siapa,” ucapku putus asa.
“Gila! Apa Kapten dan Katt baik-baik saja?” sergapnya khawatir.
“Iya aku baik-baik saja. Katt tertembak di dada dan lengannya. Aku tidak bisa memaafkan penembak itu!” ujarku geram.
“Aku tidak tahu Kapten, di markas juga tidak ada pembahasan terkait keluarga Wallace lagi. Tapi aku berasumsi bahwa ini adalah misi rahasia yang hanya beberapa orang saja yang tahu,” balasnya.
“Maksudmu?”
“Kapten tahu sendiri bahwa ada anggota Reclusive yang tidak menyukai Kapten, Edward Muller. Pasti dialah yang mencari celah dari semua pekerjaan yang sudah Kapten bereskan. Dia selalu ingin mengambil posisi Kapten!”
“Edward Muller? Ah, kau menduga pelaku penembakan adalah dia?”
“Ya! Tidak ada orang lagi yang memiliki kebencian seperti itu kepada Kapten. Kemungkinan juga dia tidak mengenali saat Kapten menyamar seperti ini. Dia hanya mengejar Katt untuk membuktikan bahwa pekerjaan yang Kapten kerjakan dulu banyak yang tidak Kapten bereskan,”
“Baiklah, kau coba gali informasi dari markas. Tapi tetap berhati-hati karena mungkin saja kau tengah diamati sekarang. Jika posisimu sudah tidak aman, segera menghubungiku akan aku berikan alamat untuk kau berlindung,” ujarku khawatir padanya.
“Siap, Kapten. Terima kasih banyak. Akan segera saya informasikan.”
Aku menutup teleponku dan mulai membuka data-data lamaku di Reclusive. Reclusive ibarat berdiri di satu kaki saat aku memilih keluar dari organisasi yang tak manusiawi. Kehilangan peretas andal. Kehilangan mesin pembunuh. Kehilangan perencana sistem eksekusi. Jabatan yang aku tinggalkan sengaja dibiarkan kosong karena tidak ada yang dianggap cakap dalam menanggung tanggung jawab itu. Satu per satu anggota Reclusive berusaha menempati jabatan itu. Bukan hal yang aneh lagi jika dalam anggota tim sering terjadi pertikaian hingga pertumpahan darah. Dan di antara para binatang buas itu terdapat satu binatang yang tak hanya buas namun juga licik. Edward Muller! Mantan rekan kerjaku di Reclusive. Mati-matian dia mencari muka di hadapan para petinggi negara untuk mendapat posisi strategis! Cuih! Tak ada kemampuan selain mencari kesalahan antar anggota dan menjilat! Beberapa kali dia mencoba menjegalku di Reclusive. Entah dengan berita yang dibuat-buat atau dia sengaja mencari bukti bahwa data Reclusive telah aku otak-atik. Aku terlalu menutup mata dengan segala kelakuannya yang lebih rendah dari binatang! Tak salah lagi, berita pembunuhan yang sering terjadi beberapa bulan belakangan ini adalah bentuk ulahnya. Demi menduduki jabatan lamaku di Reclusive dia bersedia melumuri tangannya dengan darah manusia-manusia yang tak berdosa. Yang tak ada hubungannya dengan target. Yang tak ada kaitannya dengan hidupnya. Yang bahkan tak pernah dia temui sebelumnya.
Amarahku semakin tak tertahankan saat aku tahu bahwa dia telah membunuh orang-orang yang aku selamatkan dulu. Orang-orang yang sengaja kubuat seolah-olah telah dimusnahkan namun nyatanya mereka masih bisa hidup sampai saat ini. Dan dia! Edward Muller! Membunuhnya! Hanya untuk jabatan! Lalu kini, dia mulai bermain api denganku, mencoba menyentuh Katt yang bahkan ada dalam pengawasanku! Permainan ini tidak akan usai sampai aku dapat memisahkan daging dari tulangnya!
Kutinggalkan Katt di rumah sakit dan segera aku mencari Edward Muller. Ryan terus menghubungiku dan memberikan kabar bahwa Edward Muller adalah dalang dibalik pembunuhan beberapa bulan belakangan ini. Kuretas semua sistem di kota ini termasuk kamera pengawas. Posisi terakhir saat dia jatuh tersungkur dengan luka tembak di lengan dan kakinya menunjukkan lokasi di sekitar gereja peninggalan abad pertengahan yang sudah tidak difungsikan lagi. Kuarahkan laju mobilku ke arah titik terakhirnya tadi. Setibanya di sana, bekas darah segar masih tersisa dengan aroma amis yang menyengat. Kuikuti jejak darah tersebut dan mengarah ke dalam gereja. Gagang pintu gereja penuh darah yang masih terasa hangat. Pembunuh itu masih belum lama masuk ke dalam sini. Pendarahan cukup hebat tengah ia alami saat ini. Dia tidak bisa kabur lebih jauh lagi dengan kondisi yang menyedihkan dan penuh luka. Di samping itu, motor yang tadi ia kendarai sudah hancur karena kupepetkan ke tembok-tembok bangunan yang kami lintasi tadi. Di bangku jemaat paling depan, aku melihatnya tengah memegangi luka dan mulai merapal doa.