Hatiku tak kuat menahan kepergian Katt namun bayi yang ada di dekapanku kini menjadi tanggung jawabku. Aku menguatkan hatiku dan memutuskan untuk terpuruk dalam beberapa jam saja, kemudian bangkit dari kesedihan dan menata masa depan bersama anak kami. Anak yang sangat mirip dengan Katt. Berambut coklat dengan bola mata hijau terangnya. Aku memutuskan memberinya nama, Elysian Moreau. Nama yang memiliki arti hidup abadi dan penuh kebahagiaan. Doaku selalu menyertaimu anakku.
Kukemasi semua barang di rumah sakit dan segera menuju rumah untuk bersiap berpindah kota. Menyetir mobil dengan menggendong bayi ternyata lebih sulit dari yang kukira. Mencoba membuat bayi nyaman dan tetap tenang namun aku masih harus berpacu dengan waktu. Aku tidak mau terlalu lama di kota yang memberikanku banyak luka ini. Sesampainya di rumah, aku mulai mengemasi barangku dan juga barang milik Katt. Ingatanku seolah kembali ke masa lalu di saat aku mengemasi barang Katt dan mengajaknya hidup bersama. Air mataku mulai jatuh tak tertahankan. Aku mengusap dengan tanganku yang masih penuh dengan luka akibat ulah Edward Muller. Setelah barang-barangku sudah siap, aku segera memasukkannya ke dalam mobil. Rumahku, rumah Katt, dan mobil milik Katt aku jual dengan harga yang murah. Tak mau berurusan terlalu lama di sini, hari ini juga aku segera pergi dari kota ini.
“Ryan, bagaimana persiapan pindah kotaku?” tanyaku mengawali telepon sembari menyetir dan berusaha membuat bayi mungil ini tenang.
“Sudah siap semua, Kapten. Tuan Zelay telah memilihkan rumah untuk Anda dan beliau tempati. Jauh dari markas Reclusive dan sangat aman,” jelasnya.
“Baik, terima kasih. Aku akan menuju pelabuhan sekarang. Kau tidak bisa menghubungiku selama dua hari karena aku berada di tengah laut,” tegasku.
“Siap, Kapten… kami menunggu kedatangan Anda di pelabuhan,” jawabnya.