Ada sebuah catatan rahasia, di mana para makhluk berlomba-lomba mencari tahu isinya. Satu persatu mengintip, menyusup, dan melakukan apapun agar dapat membacanya. Tetapi itu tak mudah, sebab penjagaannya sangat ketat. Sang pengawal catatan bahkan tak segan mencambuk siapapun yang mencoba mendekat.
Konon, di sanalah terdapat takdir, dan nasib makhluk seluruh alam. Di dalam catatan itu, ditulis bagaimana pergerakan semesta berjalan. Waktu kelahiran, waktu kematian, dan bahkan pilihan-pilihan yang akan dijalani. Tidak ada satu pun yang luput dari catatan itu, bahkan waktu untuk sehelai daun yang jatuh ke muka bumi.
***
Daun itu jatuh tepat di kepalanya.
Bita melongok ke atas, membuat daun yang hinggap di hijab coklatnya terjatuh ke tanah, di belakang kakinya. Bita mulai menyadari bahwa dia berada di musim kemarau. Pantas saja dia tidak lagi merasakan hujan. Dan pohon Mahoni yang ditatapnya itu pun mulai meranggas.
Seperti akan mati, pikirnya. Tetapi mungkin saja pohon Mahoni itu tidak ingin mati. Menurut pelajaran IPA dulu di sekolah, tanaman akan menggugurkan daunnya di musim kemarau sebagai bentuk adaptasi. Meranggas bukanlah mati. Sementara Bita merasa dirinya sudah tidak perlu beradaptasi. Buat apa hidup, jika pada akhitnya mati, pekiknya.Tetapi dia tetap meneruskan langkahnya, meneruskan hidupnya meskipun selalu berpikiran seperti itu. Bagaimana pun juga, dia memiliki tujuan di hari itu. Dia pergi untuk bertemu seorang klien. Setelah sekian lama sepi tawaran, ada juga orang yang menghubunginya gara-gara website yang padahal sudah tidak pernah diperbaharuinya.
Bita menghentikan kakinya, ketika dia cukup yakin bahwa dia telah berada di titik lokasi sesuai dengan arahan google maps. Titik itu adalah kantor kliennya. Tetapi tidak seperti dalam bayangannya. Tadinya dia kira dia akan berada pada pusat gedung perkantoran. Apa yang ada di depannya lebih tepat disebut rumah. Ya, memang itu adalah rumah besar yang disulap menjadi kantor.
Bita langsung masuk, setelah melihat logo yang dikenalnya, yang memang klienya telah menyebutnya bekerja pada lembaga tersebut. Tetapi slogan-slogan yang dia temui setelahnya cukup esktrim untuk dibaca.
“Lawan!”