Diskusi RPS harus dihentikan selama sebulan, itulah hasil rapat mereka usai demo yang tak diharapkan. RPS selain sebagai komunitas yang mewadahi identitas mereka, juga menjadi pekerjaan profesional untuk memenuhi kebutuhan finansial.
Segara sebenarnya masih memiliki kemampuan lain yaitu desain grafis. Jadi ia tetap disibukkan dengan kegiatan freelancer desain, mengerjakan beberapa proyek di kafe atau bertemu klien.
Sedangkan Hansen memang pernah berkali-kali mencoba usaha, mulai dari distributor, percetakan, hingga kedai kopi. Namun, semua usaha itu gulung tikar. Akhirnya kesibukan Hansen hanya berada di pusaran RPS.
Perbedaan mereka juga tak hanya soal pekerjaan. Hansen yang emosional, impulsif, cemburuan, dan sangat memerhatikan detail. Sedangkan Segara lebih tenang, sering lupa, tertutup, dan cuek. Meski tetap saja cepat luluh ketika Hansen merajuk. Semua perbedaan itu nyatanya sukses membuat hubungan mereka langgeng hingga bertahun-tahun.
***
Sebelum kembali aktif, mereka berkumpul di halaman RPS, duduk melingkar di bawah kanopi, di hadapan bangunan tua yang selama ini mendekap segala ketakutan menjadi abnormal, penuh tudingan, dan semua stereotype yang jika mungkin ingin mereka kubur. Sinta dan Devina adalah dua pasangan lesbian yang menjadi sekretaris dan humas RPS. Sedangkan Dana adalah bagian keuangan yang mengatur kerjasama profit antara RPS dengan pihak eksternal. Tak ada yang tahu identitas orientasi seksual Dana, ia sendiri masih mencari, meski menurutnya dia tak pernah tertarik pada siapapun, laki-laki atau perempuan.
Segara dan Hansen datang terakhir, bersama sebuah mobil bak di belakangnya. Tiga orang cleaning service turun mengangkut peralatan, mulai dari sarung tangan, sikat, spons, kemoceng, kain pel hingga penyedot debu. Sedangkan mereka berlima melanjutkan rapat di halaman.
“Kita harus lebih aware sama peserta diskusi yang datang. Soalnya jumlah mereka terus bertambah. Presensi kayaknya diwajibkan,” usul Segara, begitu mereka duduk pada posisi masing-masing.
“Biar kamu tahu siapa perempuan itu, ya?” sela Hansen.