“Aku pikir kita benar-benar punya banyak kesamaan. Bagaimana kita struggle dengan masa kecil yang penuh pengabaian, hingga menjadi manusia saat ini. Ternyata aku salah, aku tidak mengenalmu. Jadi aku tak punya kesimpulan apa pun soal kamu,” ujar Segara dengan menenteng koper di tangan kanannya.
“Ratusan kali pun aku minta maaf, engga akan memperbaiki apa pun. Kita sama-sama tumbuh dalam kebohongan, dalam penghianatan. Tapi masa kini dan masa depan punya kita. Aku sudah katakan segala penjelasan yang ingin kamu dengar. Tapi percuma, kamu hanya ingin Anjani yang dulu. Sayangnya, aku adalah Anjani yang begini. Aku memang berbohong tentang semuanya, tapi tidak dengan perasaanku.” Perempuan itu menatap Segara lekat, berusaha menyampaikan segala perasaan yang tak sanggup diwakilkan kata-kata.
“Kita bisa melanjutkan hidup masing-masing,” timpal Segara tanpa menatap wajah Anjani yang berdiri persis di hadapannya.