Perspektif Hati

Oyenart
Chapter #2

Arisan & Gibah

"Assalamualaikum!" Sapaku setelah turun dari mobil. Pagi ini, aku sudah sampai di rumah orangtuaku, di kota Bandung. Masih pagi, sekitar jam sembilan, tapi hawanya sudah mulai panas. Nampaknya Bandung sudah mau menyusul hiruk pikuk kehidupan dan hawa Jakarta.

Aku masih di teras sambil menjinjing koper kecil, aku tertegun melihat banyak sendal wanita di depan teras. Jam segini kok rumah udah rame aja? Apa keluarga adik-adikku sudah pada ngumpul ya?

"Amih... Assalamualaikum" sapaku sekali lagi seraya memanggil Amih —ibuku—

"Waalaikumusalam!" Serentak beberapa suara ibu-ibu menjawab salamku.

Ku lihat isi rumah, ada sekitar tujuh orang ibu-ibu, tepatnya tetangga rumah yang duduk berkumpul di atas tikar sembari membentuk lingkaran. Aku menaikkan sebelah alisku, nampaknya di rumah sedang ada acara, tapi acara apa?

"Waalaikumusalam! Eh... Si cantik udah nyampe... Alhamdulillah~" ujar Amih yang keluar dari dapur sambil membawa nampan berisi beberapa air mineral kemasan.

"Ini teh, Neng Khaira yah? Ya Allah... ceuceu sampe pangling!" Ujar seorang ibu yang umurnya mungkin tak beda jauh dari Amih, aku mengkerutkan dahi seraya tersenyum simpul. Aku lupa siapa dia?

"Teh, ini Ceu Darsih, anaknya bu RT, sekarang Ceu Darsih yang jadi bu RT-nya" jelas Amih seraya mendekatiku.

Aku mencium tangan Amih, dan menggangguk.

"Ada acara apa ini Mih? Pagi-pagi udah rame?" Tanyaku heran

"Ini mau ngocok arisan, hehe"

"Hah?! Masih pagi ngocok arisan? Kebelet butuh uang apa gimana?"

"Hush! Bukan gitu teteh .... Kan emang sekarang teh jadwalnya di rumah Amih, tapi kalau siangan nanti rempong cucu-cucu Amih mau pada dateng, jadi weh di kocoknya sekarang, biar ga riweuh" jelas Amih.

"Oh, berarti si bocil-bocil belum pada datang?"

"Belum, baru ada di bontot tuh nunggu di ruang tv, nonton Lee Min Ho, apa saha gitu yang kasep tea"

"Ai Neng Khaira datang sama siapa?" Celetuk ceu Darsih yang tadi menyapa.

Glek. Alamak, bahan nyinyiran baru nih!

"Sendirian aja Ceu" jawabku pelan.

"Naha, si Aa na ga ikut?" Tanyanya lagi.

"Aa yang mana?" Kini aku balik bertanya.

"Hor, memang Neng Khaira masih single sampai sekarang? Bukannya pindah kerja ke Jakarta teh mau sekalian nyari jodoh? Naha belum dapet-dapet? Si Ningsih mah bororaah ke Jakarta, ke Cimahi juga udah langsung nonghol jodonya"

Waah, cari ribut nih emak-emak.

"Ceu, kan Khaira ke Jakarta teh buat kerja, bukan nyari Jodoh" Ucap Amih membelaku.

"Kenapa? Atuh padahal mah sekalian weh, biar sekali dayung dua tiga pulau terlampaui!"

"Atuh capek Ceu ngadayung wae mah!" Celetuk emak-emak lain yang duduk di pojok, ia menanggapi ucapan Ceu Darsih dengan enteng sembari mencomot goreng pisang yang di sediakan Amih.

"Udah teh ke kamar dulu, istirahat. Kasian teteh takut capek kan habis subuh langsung nyetir sendiri ke sini" titah Amih sambil mengusap punggungku. Aku mengangguk mengiyakan.

Lihat selengkapnya