Hari ini, kami telah bersiap-siap. Besok jam 12.30 kami sudah harus take-off dari bandara. Tak banyak barang yang aku bawa, sebagian perabotan dan keperluanku aku pindahkan ke apartemen Rose. Tampak Rose yang mulai gusar kehilanganku, dia bilang terasa ada yang hilang. Ya itulah perasaan yang aku harapkan. Semoga saja kelak, dia akan menyusulku, atau memutuskan hidup denganku. Aku kenalkan Rose kepada mama dan papa, menggunakan dress warna merah, dan hils merah, sungguh tampak bagai boneka barbie yang bisa berjalan, senyuman manis di bibirnya merekah sangat menawan yang memandang. Mama sempat terbengong melihatnya. Sedangkan papa, tidak terlalu banyak berkomentar tapi tetap ramah dan hangat menyambutnya. Mama masak ayam rica-rica dan nasi goreng sebagai makan malam kami, selain roti dan salad buah dan sayur. Tampak wajah lucu dari Rose saat mencobanya, tapi aku rasa dia suka dan tak segan mencoba lagi dan lagi itu si ayam rica-rica masakan mamaku.
Mama dan papa tidak pernah melarang aku untuk dekat dengan siapa pun, mungkin hanya sedikit Surprise saja, ternyata aku memiliki teman dekat yang berasal dari Paris. Dan hal yang membuat aku kaget, Rose memberikan beberapa botol parfum untuk mama dan papa. Apa pun keputusanmu saat ini Rose, tapi aku paham, kau juga menyayangiku.
“Bib, Rose teman dekatmu?”
“Iya Ma”
“Sudah lama hubungannya?’
”Lumayan, sekitar dua tahun terakhir ini.”
“Ya, Mama mengerti perasaanmu.”
”Ya.”
Malam ini, aku pergi ke apartemen Rose lagi. Sebelumnya aku dan Rose akan ke Night club. Ada beberapa kawan kampus yang ingin bertemu. Ya anggap saja malam ini aku perpisahan dengan mereka. Satu persatu mereka pun ada rencana pulang ke negara masing-masing. Tapi sebagian besar pada bertahan di sini, termasuk Rose pujaan hatiku. Tak banyak yang kami lakukan malam ini, hanya ingin menghabiskan malam bersamanya. Rose memelukku dengan erat, begitu pun denganku. Mungkin kelak, aku akan mengunjunginya kembali, sambil berlibur dikala penat kerja menyiksaku. Aku pejamkan mataku sejenak dalam larutnya malam ini, memeluk dia, wanita istimewaku.
Keesokan harinya.
Jam 11.00 aku telah sampai di bandara bersama mama dan papa, tampak Rose yang berlari ke arahku. Dia memelukku, mama sih biasa saja memandangnya, papaku yang sedikit kaget melihatnya. Papa memang kolot dari dulu. Cuek saja, masa di tahun 2050 ini masih percaya dengan kehidupan dan peraturan masa lalu. Hidup sesuai dengan zamannya, tidak kolot seperti papaku ini. Aturannya sudah banyak yang tidak sesuai, kampungan dan ketinggalan zaman banget.
Aku pun berpamitan kepada Rose, aku peluk dan aku kecup wanita kesayanganku ini.
”Good bye, maybe some day I’ll see you again.”
”Yes, Iam waiting You Habieb”
”Lekas Habieb.”
”Iya Ma.”
” This is for You, hope to remember Me”
Rose memberikan sebuah kotak untukku. Ku kecup kening Rose kembali, dan aku peluk sekali lagi.
” I love You Rose, really love You.”
”I love You too Habieb.”
Di atas kapal, mama terus memelukku, entah mengapa untuk kali ini pelukan yang mama berikan kepadaku terasa tepat sekali. Baru pertama kali saat dewasa aku meneteskan air mata itu karena sebuah cinta. Sungguh terasa kehilangan wanita idamanku. Dia yang selama ini menjadi penyemangat aku belajar dan teman di Amerika. Walau dia terkadang acuh dan cuek tapi akhir-akhir ini dia berbeda.
Sembilan Jam kemudian.
Pesawat mendarat dengan sempurna, sesuai waktu tanpa kendala. Sudah tampak pak Slamet sopir papaku. Ya, entah sudah berapa puluh tahun beliau mengabdi kepada keluarga kami.
”Selamat datang Mas Habieb, alhamdulillah Bapak bisa di pertemukan lagi, sini biar Bapak bawakan trolinya Mas.”