“Ehm, jangan lupa kesepakatan kita.” ucap Regina sambil menebas-nebas rambut dia yang bau nya sungguh menyengat. “Ingat, buku yang ditulis tante gua, udah mau rilis!”
Menghiraukan dia itu membuang-buang waktu, aku hanya menatap dia sebentar. Lalu, meninggalkan dia dengan ekspresi cuek. Dia pikir aku tidak bisa apa membawa Rain ke pesta ulang tahunnya? Cara tadi memang sepenuhnya gagal, tapi bukan berarti kesempatan untuk mendapatkan buku itu secara cuma-cuma, gagal juga.
Malam itu aku bersama dengan teman-temanku yang masih berada di sekolah, bersama-sama bermain basket di lapangan. Mereka semua juga sudah tahu dengan kejadian tadi siang, dan aku bersyukur mereka tidak membahasnya lagi.
“Mit…” panggil Pak Haris, guru olahraga kami yang selalu membantu kami bermain basket sampai malam, karena sebenarnya kalau kami mau main basket sampai malam, harus memberikan surat izin. Namun, ya kami kan anak-anak basket, jadi hubungan kami dan Pak Haris sudah dekat.
“Iya, kenapa, Pak?” tanyaku sembari mendribel bola basket.
Aku berhenti dan dia menghampiri kami, “apa yang kamu lakukan di lapangan tadi siang, itu bagus.”
Aku kaget mendengar pujiannya padaku, karena seharusnya guru menegur perbuatan yang aku lakukan. Puji Tuhan saja, tadi tidak ada guru, jadi aku tidak perlu mendengarkan omelan Bu Lusi, wakil kelasku.
“Bapak liat?”
“Oh, lihat dong. Kalau gak lihat gimana Bapak bisa tahu. Bagus tadi itu, kamu mengajarkan Rain cara bersikap dan berbicara dengan orang. Semenjak Rain masuk ke SMA, tingkahnya jadi buruk.” Tuh kan Pak Haris pun setuju denganku, sejak Rain masuk ke SMA, memang dia menjadi sombong dan songong alias menjadi kembarannya Regina.
Mungkin karena banyak siswa-siswa baru yang naksir padanya. Namun, tetap saja dia menyebalkan. Aku juga bingung mengapa dia mulai berteman dengan orang-orang seperti senior tadi, sungguh dia bukan Rain yang aku kenal lagi. Dia 180 derajat berubah
***
Suara klakson mobil sudah dibunyikan oleh Pak Okta, supirku. Aku berjalan ke arah Pak Okta, dan mulai memasukkan tas ku. Saat Pak Okta membantuku untuk memasukkan semua tas ku, ponselku berdering dari nomor yang tidak kukenal.
Aku masuk ke mobil, dan baru aku angkat telepon itu, “halo?”
“Ini gua Rain.”
“Mau apa? Ganti nomor lu?”