Pertama Kali Mengenal Cinta

queenara valerie
Chapter #23

Langkah Kedua

Rain sibuk sendiri dengan mobil nya. Mobil nya yang membuat perjalanan kami ke Bandung tertunda sebentar. Sudah sejak 30 menit yang lalu, Rain membetulkan mobil nya yang hanya keren ketika dilihat dari kovernya, tapi dalamnya, sama saja seperti mobil yang harganya jauh dibawah mobil ini.

Tante nya Dyra ada yang mau menikah di Bandung, jadi Dyra disuruh oleh orang tua nya untuk ke Bandung, tapi karena sekolah lagi long-weekend, aku, Juan, dan juga Jonathan memutuskan untuk ikut.

Tapi, karena aku tidak sengaja ngomong ke Rain bahwa kami akan ke Bandung, dia jadinya juga ikut. Sudah kutolak berkali-kali, namun dia tidak berhenti menerorku dengan telepon dan chat selama 1 minggu. Tidak ada hari yang kulewatkan tanpa berbicara di telepon dengannya.

Setelah menunggu selama 20 menit lagi, mobil yang "biasa saja" itu akhirnya bisa membawa kami meneruskan perjalanan ke Bandung.

***

Sesampainya kami di Bandung, mobil Rain langsung membawa kami menuju vila Dyra. Vila itu begitu "fancy." Semua yang ada di dalam vila itu terlihat begitu elegan dan mahal. Sofa, televisi, meja makan, bingkai foto, kulkas, dan perabotan rumah lainnya, semuanya sudah tertata rapi. Dengan pintu kaca yang ada di ujung vila, yang dapat kami gunakan untuk melihat pemandangan, membuat suasana vila ini terlihat lebih fresh.

"Ini vila punya lo, Ra?" Juan masih dalam ketersimaan.

"Punya Tante gua, bukan punya gue. Bagus ya. Gua juga baru tahu vila nya bagus." Ternyata Dyra juga belum pernah ke vila ini.

"Tante lo tajir apa gimana? Megah banget parah." celetuk Jonathan, ketika masing-masing dari kami sedang menjelajahi barang yang ada di dalam vila itu.

"Calon suaminya yang tajir, calon suaminya konglomerat." kata Dyra, sepertinya sedang mengamati pemandangan lewat pintu belakang.

Setelah selesai mengangumi isi vila ini, kami memilih ruangan yang akan menjadi kamar kami. Habis itu, mandi dan bersih-bersih. Lalu, kaki kami masing-masing menyeret kami ke ruang tengah dan sama-sama mengerjakan tugas yang diberikan oleh para guru, kecuali Rain.

Rain sedang mengunjungi nenek nya yang tinggal di Bandung bersama dengan Tante nya.

Sedangkan kami hanya duduk di lantai, memangku laptop kami masing-masing. Jari-jemari kami bergerak, fokus mengerjakan tugas tersebut sambil mengobrol tentang banyak hal.

Matahari sudah terbenam, namun kami masih disitu. Suasana yang tenang, menyelimuti keadaan sekitar. Kami masih duduk bersama, dengan segelas teh hangat dan laptop yang menyala.

Malam itu, kami delivery beberapa makanan dan memutuskan untuk makan di vila saja. Karena hari sudah agak malam untuk keluar dan cari makan.

Rain masih belum pulang.

Saat semua orang sudah masuk kedalam kamar masing-masing. Aku keluar lewat pintu belakang, bertujuan untuk menyendiri dan menenangkan jiwaku sejenak.

Angin sepoi-sepoi malam menghantam mukaku. Ditemani juga dengan suara sirene mobil yang tenang. Mataku mendongak keatas, memandangi lautan bintang yang jarang aku lihat di kota kelahiranku.

Lihat selengkapnya