Hari ini adalah hari terakhir yang akan kuhabiskan bersamanya. Kami berjalan-jalan berdua dari matahari terbit sampai matahari sudah digantikan dengan bulan. Dan malam ini, kami berdua duduk di kursi yang biasanya ada di sepanjang jalanan kompleks rumahku.
Kami duduk dengan segelas kopi yang barusan kami beli. Saling berbagi tawa, menaruh tangan pada geggaman nya, bercerita satu sama lain. Semuanya tepat terjadi seperti yang aku mau.
"Besok kamu pesawat jam berapa, Rain?" Aku tidak mau pertanyaanku ini mengacaukan pembicaraan kami ke depannya, tapi apapun yang akan terjadi dengan pembicaraan kami, aku harus tetap bertanya tentang hal itu.
"Aku jam 8 malam, Mit." Saat itu juga, tanganku lebih erat dipegang. Saat itu juga, mukanya diputar ke arahku. Dan saat itu juga satu butir air mataku merosot tanpa disuruh.
Rain meraih tangan kiri ku yang baru saja aku gunakan untuk menyeka air mataku itu. "Hey...everything is going to be fine. We're going to be fine."
"Iya, I know." Aku berusaha tegar, walau sebenarnya tidak bisa.
"Aku tahu semua ini akan sulit dan gak gampang untuk dilewati, tapi aku yakin kita bisa kok. Asal kita saling percaya, pasti kita bisa." kata Rain lembut.
"Iya." Aku menenangkan diriku sendiri. "Yeah, everything is going to be fine. Exactly."
"Besok kamu datang sama Tante Jenny, Om Ivan ya." pinta nya.
"Iya, besok aku datang sekitar jam 5 ya. Tunggu Papa pulang kantor."
***
Aku bengong di depan meja belajarku. Pikiranku kosong. Hatiku tidak diisi dengan perasaan samasekali. Tubuhku lemas. Aku merasa bahwa aku "mati" beberapa saat. Dan aku pun merasa bahwa diriku lebay.
Aku merasa bahwa semua perbuatan yang aku dan Rain habiskan itu belum cukup. Aku masih mau menghabiskan waktuku bersamanya. 2 bulan itu tidak cukup.
Di kepalaku belum ada gambaran tentang hubungan LDR, semua teman-temanku belum ada yang pernah menjalankan hubungan ini sebelumnya. Aku tidak bisa bertanya atau mengorek tentang hubungan LDR pada siapapun kecuali internet.
Kubuka laptopku dan mencari beberapa fakta tentang hubungan LDR. Mungkin baca-baca dari pengalaman orang-orang atau membaca ciri-ciri pasangan LDR-mu melupakanmu.
Dan 20 menit berikutnya, 3 halaman dari buku harianku sudah kupenuhi dengan semua itu. Ciri-ciri hubungan LDR, pengalaman beberapa orang, cara mengatasi rasa rindu, dan cara menjaga hati dari orang lain.
Semua sudah kubaca dan kupahami. Usahaku memang berlebihan, aku tahu itu. Tapi, kukalahkan rasa itu demi mengetahui beberapa fakta tentang hubunganku yang nantinya akan bernamakan LDR.
***
"Regina mau dateng, Mit." kata Rain via telepon.
"Dia tahu darimana kamu mau ke Singapore?"
"Gak tahu juga aku. Tadi dia telepon aku, katanya mau ikut ke bandara juga." Dia beberapa kali menghela napas kecapean.
"Ya udah, gak pa-pa kok ada dia. BTW, kamu lagi beres-beres ya?" balasku tenang.
"Iya, nih. Ada beberapa barang yang belum aku masukin. Cape banget. Apalagi, kalau koper udah ditutup, tapi masih ada barang yang ketinggalan. Repot banget." Rain mengeluh.
"Gak pa-pa lah. Itung-itung ini salah satu perjuangan kamu kesana."
"Iya sih..."
"BTW, Kak Bunga disini sendiri?"
"Enggak. Nanti ada Tante sama sepupuku pindah ke Jakarta dari Bandung, cuma karena belum beli rumah, Kak Bunga nyuruh mereka untuk tinggal di rumahku dulu sampe udah ketemu rumah yang cocok. Tapi, mereka pindah nya bulan depan. Tapi, enggak apa-apa lah, seengaknya Kak Bunga gak harus sendirian terus." jawabnya penuh perhatian.