Salomo baru bisa ma'siara ke rumah Haniel tanggal 31, di siang terakhir bulan desember tahun itu. Ia datang sendiri. Sekaleng bir turut Haniel sajikan untuknya. Salomo meneguknya pelan-pelan.
"Kalau kamu pasti sama Siska nanti malam," ujar Salomo sambil menguyah kacang disko buatan Ibu Haniel.
"Iyalah. Saya 'kan tak sepertimu—jual mahal."
"Jual mahal? Memangnya saya barang?!" kata Salomo sambil menyulut rokoknya.
"Ya. Semoga kamu tak menyesal Imelda sekarang sudah ada yang punya." Haniel tersenyum.
"Justru saya bersyukur, ces." Salomo kembali mengambil kacang disko dalam toples.
"Nanti kalau Paskah saya tak usah masuk panitia lagi ya? Yah, kamu tahulah sebabnya." Salomo tak ingin membahas Ester barang sehuruf pun. Meski batinnya ingin tahu lebih banyak tentang perempuan itu.
"Ya. Semoga kamu sudah pakai toga tahun depan." Haniel ikut merokok.
"Kamu juga-lah. Sekalian regenerasi pastinya."Â
Mereka pun membincang hal-hal lainnya sampai beberapa orang nampak masuk melintasi pagar Haniel. Salomo segera menandaskan birnya. Dari Haniel, Salomo tahu bahwa orang-orang itu adalah teman kantor ayah Haniel. Salomo segera pamit.
***