Ribuan mahasiswa tumpah ke jalan. Jalan-jalan protokol di Ujung Pandang siang itu dipenuhi ragam jas almamater dari berbagai kampus yang ada di kota Ujung Pandang. Spanduk-spanduk terbentang. Teriakan-teriakan para demonstran semakin dinyaringkan oleh pengeras suara. Arus lalu-lintas pun berubah. Beberapa ruas jalan yang menjadi jalur angkutan kota dialihkan ke arah yang lain. Walau kemacetan tetap tak dapat dihindari.
Salomo yang sebentar lagi akan ujian skripsi ikut bergabung di dalamnya; meneriakkan perubahan untuk Indonesia: Reformasi.
Imelda melangkah bersama Zainab menuiu lapangan karebosi. Berdua mereka berkali-kali duduk istirahat di trotoar jalan sambil meminum air mineral. Imelda tahu bahwa rombongan fakultas Salomo lebih duluan bergerak dan ia memilih akan mencarinya setelah tiba di lapangan karebosi.
Sampai di bulan mei itu, tahun itu, Imelda baru sekali bertemu Salomo yaitu saat kegiatan Paskah persekutuan di Toraja, beberapa hari sebelumnya. Imelda yang sebenarnya malas ikut berubah menjadi ikut, sewaktu ia menguntit diam-diam Salomo di dekat tempat berkumpulnya anggota persekutuan menunggu bus yang membawa mereka ke Tana Toraja. Itupun dengan bantuan Ribka dan Alce yang menghubungi pager miliknya.
Imelda juga tahu bahwa sebentar lagi Salomo akan ujian skripsi. Dan setelah Natal persekutuan tahun lalu, ia memang tak pernah lagi ikut kegiatan persekutuan sampai acara ret-reat Paskah. Terlebih ketika ia tahu bahwa Salomo pun sudah jarang aktif. Meski setiap berjumpa anggota persekutuan ia mendapat informasi tentang kehadiran dan ketidakhadiran Salomo di setiap acara persekutuan. Meski sebagian anggota tetap mengharapkan keaktifan Imelda, tapi Imelda tetap tak peduli. Bahkan menghindari bersua angggota persekutuan.
Terkadang memang di dalam benaknya, ingin ikut, asal Salomo hadir, tapi selama kegiatannya diadakan di Ujung Pandang, selama itu pula Imelda berpikir bahwa Salomo mudah menghindarinya dan mengecohnya. Bisa saja Salomo berjanji akan hadir agar Imelda hadir, tetapi ketika Imelda hadir, Salomo malah tak kelihatan hingga acara selesai.
***
Air dipancurkan dari selang sebuah mobil bertangki bak besar. Mengurangi rasa panas-gerah para mahasiswa sewaktu tiba di lapangan karebosi. Sahut-sahutan "turunkan Soeharto" terus terdengar. Seseorang nampak berorasi di sebuah podium yang baru hari itu dibuat.
Bersama Zainab, Imelda pun menelusur rombongan fakultas Ekonomi, tapi mereka tak menemukan yang dicari hingga mereka pun pulang ke tempat masing-masing. Imelda dan Zainab berpisah, sebab pete-pete yang dituju keduanya berbeda jurusan.
Sebagian mahasiswa masih turun ke jalan esok harinya merayakan turun tahtanya Presiden Soeharto. Salomo yang menginap di kos Paulus hari itu mendengarnya dari siaran radio. Sedang Imelda menonton siaran langsung televisi di rumahnya, yang menayangkan berita mundurnya Presiden Soeharto.
Imelda tak tahu bahwa Salomo sedang dilanda kegalauan sebab Ester menghilang dua hari setelah tahun baru. Salomo yang akhirnya memberanikan diri ke rumah Ester setelah lewat seminggu tak berjumpa, dan ia heran dengan sikap ibu Ester yang seolah tak peduli. Meski ia mendapat informasi, Ester ke Jakarta. Kata Ibunya, ia tak melihat kopor besar yang biasanya ada di dalam kamar tidur Ester. Katanya lagi, di tanggal 2 januari 1998, dari jendela kamarnya di lantai dua, ia melihat Ester keluar membawa kopor itu dan si ibu melihat Ester naik ke sebuah taksi, depan pagar rumah. Beberapa menit kemudian, ia mendapat sebuah surat di atas ranjang Ester. Surat dari Ester untuk sang bunda. Di dalamnya Ester menulis akan ke Jakarta. Salomo tak disinggung sama sekali di surat itu. Dan Salomo tak berani memohon untuk melihat isi surat itu.
Saat bulan februari sudah tiba, barulah Salomo jujur pada Paulus bahwa ia punya pacar meski baru sebulan dan ia ditinggalkan. Paulus tak nampak mempersoalkan, terlebih selama itu Salomo selalu menempatkan waktu bersama Paulus. Baik itu jalan bersama atau mampir di kos Paulus.
Namun ia belum bisa membuat Paulus melupakan Imelda. Maka sejak itu, setiap berjumpa Paulus, Salomo tak pernah membahas perempuan apalagi pacaran, hingga ketika Lisda berdiri di pelaminan barulah Paulus sendiri yang bertanya :"berapa lama mereka pacaran?" pada Salomo. Salomo sendiri cuma ingat lima tahun. Itupun mereka kadang pacaran jarak jauh, sebab suami Lisda seorang pelaut; seorang Anak Buah Kapal (ABK).