Mas Doni hidupnya penuh dengan perencanaan. Setiap kali dia menyelesaikan proyek besar, dia juga pasti menyisihkan waktunya untuk istirahat dan berlibur.
Kali ini seperti biasa, sebelum pergi liburan dia sudah menyusun perencanaan untuk aktivitas dirinya, selanjutnya.
Ia rela menghabiskan waktunya seharian di depan laptop hanya untuk menyeleksi tawaran pekerjaan yang datang kepada dirinya, melalui kontak email pribadinya.
Sebelum ia menentukan kapan waktu rehat dan liburan dirinya dimulai, maka Mas Doni terlebih dahulu menentukan perusahaan mana yang dia akan tempati untuk bekerja selanjutnya, pasca refreshing.
Tidak ada waktu yang terbuang begitu saja dalam kamus harian Mas Doni. Semua waktu sudah diisinya penuh dengan perencanaan.
***
Mas Doni bikin gebrakan baru dalam sejarah perjalanan karinya, kali ini.
Pria yang terkenal selalu menangani proyek besar dan spektakuler itu, kini dia memilih pekerjaan yang berbanding terbalik dengan sebelumnya.
Mas Doni itu orangnya memang lah sangat susah ditebak. Meski tawaran pekerjaan dengan gaji yang kelipatannya sepuluh kali lebih besar dari sebelumnya, mengantri di depan matanya, tidaklah mempengaruhi keputusan pria idealis itu.
Dia tetap memilih pekerjaan yang sesuai dengan keinginan hatinya.
Kali ini Mas Doni menjatuhkan pilihannya pada sebuah proyek kecil, yang berada jauh di sebuah kota terpencil.
Kota kecil yang dahulu kala merupakan perkampungan kaum kolonial pada masa kependudukan bangsa yang tim sepakbola nya sering masuk dalam babak final piala dunia.
***
Seorang pelaku bisnis industri hiburan yang punya garis keturunan dari Timur Tengah, pernah berkunjung ke kota kecil nan indah tersebut, tertarik dengan potensi yang dimiliki kota itu.
Setelah lama mempelajari seluk-beluk tempat itu, maka pengusaha dunia hiburan tersebut tertarik untuk membuat tempat hiburan di kota itu.
Berdasarkan sejarahnya, dimana orang-orang yang bermukim di kota itu adalah keturunan dari bangsa yang memiliki antusiasme tinggi terhadap hiburan pertunjukan musik dan teater, maka dari itu, pengusaha tersebut bertekad untuk menghidupkan kembali tempat hiburan musik dan teater yang pernah ada di kota itu.
Sebuah gedung tua yang sudah puluhan tahun terbengkalai, masih berdiri kokoh di tengah-tengah kota kecil tersebut.
Sang pengusaha berhasil melobi pemerintah setempat dan membeli tempat itu.
Untuk merenovasi dan mengelola gedung tersebut, maka sang pengusaha yang memiliki ayah dari negara yang ciri khas makanannya adalah kebab tersebut, mencari orang yang cocok untuk dia ajak kerja sama.
Pengusaha itu tidak ingin tanggung dalam pembangunan tempat hiburan miliknya itu.