Pesan Arwah Tragedi '98

yhantlies92
Chapter #1

Mimpi Buruk dan Kejadian Aneh

“Tolong! Tolong saya! Panas! Panas!” Terdengar suara rintihan minta tolong yang begitu pilu dan menyayat hati.

“Jangan! Jangan mendekat! Pergi! Pergi!”

Tiba-tiba Aryo terbangun dari tidurnya yang gelisah sejak tadi. Keringat dingin mulai bercucuran di kening, napasnya mulai memburu seolah telah berlari marathon, dan detak jantung mulai berdegup kencang tak beraturan. Diliriknya jam yang menempel di dinding kamar bercat putih gading itu.

“Sudah jam lima rupanya,” gumam Aryo sendiri.

Aneh, tiba-tiba saja Aryo bermimpi menyeramkan seperti ini. Membuatnya terbangun dengan kondisi badan yang basah kuyup karena bermandikan keringat dingin, padahal sebelum tidur dia sudah berdoa terlebih dahulu.

Perlahan lelaki itu bangkit dari ranjangnya, menyambar handuk yang tergantung manja di dinding. Aryo mulai membersihkan diri dari peluh keringat akibat mimpi itu. Tanpa ia sadari hembusan angin dingin mulai memasuki kamar dari jendela yang terbuka.

***

“Aryo! Cepat turun! Sarapan sudah siap!” seru Lestari -Mama Aryo- dari dapur.

“Iya, sebentar lagi Aryo turun!” sahut Aryo.

Masih dengan handuk yang melingkar menutupi bagian sensitif tubuhnya, Aryo berdiri di depan lemari. Tangannya tersilang di depan dada, sementara kedua bola matanya menelusuri isi lemari kayu jati dua pintu peninggalan neneknya. Perlahan tangannya terulur mengambil sebuah kaos polos berwarna hitam, warna favoritnya.

Hari ini jadwalnya begitu padat. Setelah kelas selesai ia berencana mengunjungi seniornya yang bekerja di kantor pengacara terkenal untuk meminta rekomendasi tempat magang. Setelah itu sorenya, ia akan menemani Laras -Pacar aryo- yang akan perform, ini adalah penampilan perdananya di salah satu mal besar di Jakarta Timur.

Aryo perlahan menuruni anak tangga menuju meja makan, di sana sudah ada papa, mama dan adik bungsunya.

“Selamat pagi!” Aryo mulai menyapa seluruh anggota keluarganya.

“Pagi juga, sayang! Ayo makan! Mumpung masih anget!”

Lelaki berbadan atletis itu mulai menyendok nasi goreng favoritnya.

“Selamat pagi Brother! Eh, ada Om, Tante dan juga si manis Arini. Selamat pagi!” Tiba-tiba saja Marco datang mengagetkan mereka yang sedang menikmati sarapan pagi.

Handoko, Papa Aryo, menggeleng kepala melihat sikap teman kuliah anaknya.

“Eh, ada Nak Marco. Kebetulan sekali, ayo gabung dengan kami! Kebetulan kita sedang sarapan,” ajak Mama Lestari, dengan senyum ramah mengajak Marco untuk sarapan pagi bersama.

“Wah! Terima kasih Tante, kebetulan saya juga belum sarapan,” ucap Marco sumringah tanpa basa basi langsung menarik kursi makan di sebelah Aryo. Aryo tersenyum kecut seraya menggelengkan kepala. Sudah tidak heran melihat sikap sahabatnya itu.

“Mau makan gratis tuh!” ledek Arini, adik semata wayang Aryo. Marco yang mendengar sindiran Arini langsung menghentikan aktifitas menyendok nasi ke piring. Arini meringis tertawa kecil. Sementara bibir Aryo berkedut menahan tawa mendengar ledekan adiknya.

“Arini, lo kalau ngomong suka bener.” 

Aryo terkekeh kecil. “Adek gue aja nyadar sama sikap lo, tapi lo sendiri malah nggak, aneh emang lo!”

Lihat selengkapnya