Laras tampak gelisah di ruang wardrobe. Gadis cantik itu sejak tadi mondar mandir sambil menggerutu, berkali-kali ia melirik ponselnya, harap-harap ada notif dari sang kekasih. Sandra yang melihat Laras gelisah seperti itu jadi ikut-ikutan gusar.
"Sudah! Sebentar lagi giliran lo tampil. Lebih baik sekarang lo fokus sama penampilan lo. Sayang make up udah cantik begini jadi luntur. Urusan Aryo nanti saja dipikirin setelah perform nanti. Ini momen yang lo tunggu-tunggu, dan nggak bakalan datang untuk kedua kali," tutur Sandra mencoba mengingatkan Laras akan tujuannya.
Laras menengok ke arah Sandra dengan wajah cemas. "Masa iya, markirin mobil lama bangett sampai setengah jam?"
"Ya mungkin mereka jalan-jalan dulu sebentar. Sudah, jangan nethink dulu!" Sandra tiba-tiba berdiri dan setengah berlari menghampiri salah satu tim yang memanggilnya. Tampak Sandra mengangguk dan berjalan cepat ke arah Laras yang sudah stand by daritadi.
"Bentar lagi lo tampil! Ingat Fokus! Fokus!" titah Sandra dan langsung membawa Laras bersiap tepat di backstage.
Sementara itu, Aryo dan Marco terlihat tengah berlari menuju tempat diselenggarakannya acara jumpa fans artis Korea Selatan itu, salah satu brand ambassador dari salah satu merk skincare terkenal. Banyaknya lautan manusia membuat mereka harus berdesak-desakkan untuk sampai di bagian depan panggung.
"Gile! Artis korea yang nonton banyak banget, seganteng apa, sih? Masih cakepan gue kemana-mana!" gerutu Marco yang berhasil melewati kerumunan lautan manusia itu.
Aryo memanjangkan lehernya, menoleh ke arah belakang backstage. Ditunjang dengan postur tubuhnya yang tinggi, pandangannya mulai mengitari sekitar area itu. Dia mengira sudah terlambat akibat kejadian di parkiran yang sudah menyita banyak waktunya.
"Eh, itu Laras ada di backstage! Kita kesana!" ajak Aryo kepada Marco.
Setelah bersusah payah mereka melewati ramainya penonton, akhirnya Aryo dan Marco tiba tepat waktu. Aryo melambaikan tangan sebelum menghampiri sang pujaan hati. Laras terkejut melihat sang kekasih dan saudara sekaligus sahabatnya itudatang dengan napas yang tersengal.
"Kalian kemana aja, sih? Aku sudah hubungi kalian berkali-kali! Sebel deh!” Laras kesal lalu ngedumel dan memajukan bibirnya di hadapan Aryo yang hanya bisa menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Aryo terkekeh kecil melihat ekspresi Laras.
'"Sorry! Yang penting aku datang tepat waktu, kan?" Laras mendesah pelan, hanya sedikit kesal saja. Tiba-tiba Sandra datang lalu memaksa mereka berdua untuk pergi, Laras harus konsentrasi untuk penampilannya kali ini. Kemudian Aryo dan Marco memutuskan untuk menunggu diluar saya.
***
Hingar bingar dari para fans fanatik dari artis Korea itu begitu histeris dan teriakannya begitu memekakkan telinga. Aryo sampai tidak habis pikir dengan sikap mereka, rela berdesak-desakan hanya untuk menonton artis tersebut. Marco menyikut lengan Aryo untuk untuk mencari tempat yang sedikit leluasa. Di sini mereka terasa sesak napas di tengah lautan manusia.
"Aryo…"
"Aryo…"
Aryo langsung menoleh ke belakang saat ia hendak menaiki tangga eskalator, seolah ada seseorang yang memanggilnya. Namun, setelah menoleh ke segala penjuru ia tidak menemukan orang yang selalu memanggilnya itu.
"Lo kenapa, Yo? Sejak lo pingsan sikap lo jadi berubah begini," tegur Marco yang merasa aneh dengan sikap Aryo.
"Gue ngerasa seperti ada yang manggil gue."
"Siapa?"
"Nggak tahu."
Marco mengangkat bahu tidak menggubris perkataan Aryo. Ia mengajak Aryo untuk duduk di sebuah cafe yang memiliki meja dan kursi tepat di pinggir pembatas kaca dari mall ini. Dari sini mereka juga bisa melihat Laras menyanyi dengan nyaman tanpa desak-desakkan seperti tadi.
Selang sepuluh menit setelah mereka memesan minuman, seorang pelayan berjalan dengan membawa pesanan menuju meja mereka.
"Terima kasih," ucap Aryo setelah pelayan itu meletakkan dua gelas jus ke atas meja.
Ketika Aryo tak sengaja menoleh ke pelayan itu, betapa terkejutnya ia saat melihat wajah pelayan cafe itu hitam legam begitu menyeramkan. Bahkan tak terlihat bola matanya sama sekali. Aryo terlonjak dari kursinya, kedua matanya terbelalak, dia menjerit seakan suaranya hanya tersisa untuk saat ini saja. Bahkan ia hampir terpelanting ke belakang. Si pelayan sampai kaget dan heran melihat sikap cowok ini yang menunjuk-nunjuk ketakutan melihat wajahnya.
"Lo kenapa, sih? Kayak lihat hantu aja!" tegur Marco memukul kasar pipi Aryo, sampai akhirnya Aryo tersadar.