Pesan Dari Ibu

Rizki Pratama Ningrum
Chapter #7

BAB 6

Kamis, 17 Agustus 1995

Masa-masa menjadi mahasiswa baru tak akan pernah aku lupakan. Bukan karena banyaknya kenangan yang indah dan menyenangkan.

Akan tetapi, tiap langkah yang aku ayun untuk sampai di kampus pilihan mama dan papa ini selalu diringi oleh kata demi kata yang selalu berhasil membuat tubuhku bergetar.

Pun saat hari ulangtahun bangsa yang ke setengah abad itu.

Aku memilih untuk bersembunyi.

Demi Tuhan, aku senang sekali ketika perploncoan itu kelar.

Aku jadi tak perlu merasa terkekang dengan segala aturan dan ego kakak tingkat yang suka memerintah serta menyuruh ini itu sesuai mood mereka.

Baik, aku paham maksud dan tujuannya untuk mendisplinkan kami mahasiswa baru.

Tapi, kenapa justru dalam penglihatanku semua ini seperti aksi aji mumpung untuk… sebut saja balas dendam dan uji coba pada junior mereka.

Masa iya ospek sampai main fisik? Ini sudah bukan zaman VOC ‘kan?

Satu tahun belakangan ini rasanya nano-nano sekali.

Bukan hanya karena adanya perploncoan, tapi teman-teman yang menyapaku ‘Cidok’ atau Cina Medok kerap membuatku merasa sedih dan berkecil hati.

Aku ini apa tidak diterima selain di dalam lingkup keluargaku, ya?

Belum lagi kalau sudah mulai mengolok-olokku. Ada saja olokan yang berbeda tiap harinyas.

“Cina, sok cantik! Paling bisa masuk UI karena orangtuanya pengusaha.”

“Dia kan dekat sama dosen, paling jadi gundiknya biar bisa masuk UI!”

“Ah iya, dia kan cuma modal cantik buat masuk UI.”

Lihat selengkapnya