Pesan Dari Ibu

Rizki Pratama Ningrum
Chapter #16

BAB 15

Pertanyaan dari Jan tadi pagi terus berputar dalam isi kepala Arsa, membuat rasa penasarannya atas masa lalu sosok Hantu Belanda itu semakin besar.

“Selain iri hati, apa hal yang bisa menghancurkan manusia?”

Baginya, apa yang diucapkan oleh Jan itu bukanlah pernyataan ataupun pertanyaan pertama yang tersirat mengenai kekejaman manusia di masa lalu sosok Hantu Belanda itu dan sudah sejak pertanyaan itu terucap, Arsa tak lagi bisa menemukan sosok Jan yang di awal pertemuan mereka selalu terlihat mengekorinya.

“Selamat pagi, ini Arsa ya?”

Suara lembut yang barusan menyerukan namanya menarik Arsa dari lamunan, membuatnya tersadar jika pagi masih terlalu pagi untuk larut memikirkan hal-hal tabu yang sedikit banyak dia dapat dari si sosok Hantu Belanda itu.

“Oh…” dengan agak terburu Arsa berdiri dari duduknya, di sebuah kursi yang disediakan untuk tamu hotel bintang empat tempatnya berada saat itu.

“Iya, saya Arsa. Pagi, Bu Sari.”

Dengan begitu sopan Arsa sedikit membungkukkan tubuhnya untuk menyambut kehadiran Ibu Sari, seseorang yang dia tahu adalah kepala koki di hotel bintang empat tersebut.

“Iya Arsa. Saya Sari,” sahutnya ramah.

Senyum yang begitu hangat terbit di wajah oriental perempuan setengah baya berseragam rapi, yang menyambut kedatangan Arsa di hari pertamanya bekerja disana.

Rasanya begitu tenang, berlainan dengan pikiran-pikiran Arsa tadi tentang hari pertama bekerja di tempat baru, bersama orang baru.

“Salam kenal Bu Sari,”

“Salam kenal Arsa. Oh ya, seragamnya ada di loker nomor 8. Ini kuncinya,” gumam Ibu Sari seraya tangan kanannya.

Dengan senang hati Arsa menerima kunci berbahan baja yang telah dilapisi nikel itu.

“Kita punya 3 shift disini, sama seperti di tempat Arsa bekerja sebelumnya. Kalau Arsa mau, biar saya jelaskan sambil kita berkeliling.”

“Boleh Bu.”

Lihat selengkapnya