Balada Admin Klinik

Dwiend
Chapter #9

Mbak Arin dan Simbol Merah Muda

Keberadaan mbak Arin membawa suasana baru di klinik, di samping soal pekerjaan. Perasaan orang jatuh cinta adalah bahagia. Begitu juga perasaan mbak Arin. Kisah cintanya dengan mas Bowo lagi tahap senang-senangnya. Kamar kami mendadak bernuansa pink semuanya. Barang-barang mbak Arin rata-rata berwarna merah muda. Diantara barang -barang tersebut ada yang berupa boneka beruang,bantal cinta,guling pink,tas,dompet dll. Kebanyakan adalah hadiah ulang tahun atau hadiah momen spesial diantara mereka.

Terkadang mbak Arin terlihat kurang konsentrasi saat bekerja. Tapi perlahan aku berusaha memahami dirinya. Dalam sebulan segala keluhan tentang mbak Arin nyaris tak ada.

Setelah melihat mbak Arin yang mulai bisa mandiri aku pun memberanikan diri untuk mengambil cutiku yang selama ini tak pernah aku ambil. Mbak Nissa langsung memberi ijin dengan syarat tak boleh pulang menginap. Aku akan libur selama 3 hari lamanya. Dan aku putuskan untuk pulang kampung saja.Jadi aku berangkat ke kampung pagi hari dan sorenya aku harus kembali ke klinik.

Aku disambut dengan sangat senang oleh keluargaku. Seperti janjiku dulu aku membelikan mainan untuk kedua adikku yang masih SD. Untuk adikku yang masih SMP kubelikan ia tas sekolah. Nenek sangat senang begitu aku membawa syal yang selama ini diinginkannya. Ibu hanya tersenyum saja. Aku malah lupa tak memberikan oleh-oleh khusus untuk ibu dan ayah. Namun aku memberi uang pada ibu. Mata ibu berkaca-kaca menerima pemberianku. Ayahku hanya menepuk pundakku dan kembali bekerja. Ada rasa bahagia melihat binar keceriaan di mata keluargaku. Tak percuma segala jerih payahku selama 3 bulan ini. Aku kembali ke klinik dengan semangat menyala.

Sekembalinya aku dari kampung aku melanjutkan acara liburanku dengan sedikit berjalan-jalan menikmati kota Surabaya. Sayangnya aku hanya sendirian saja. Sistem kerja di klinik yang mengharuskan mengambil cuti tidak boleh berbarengan dengan pegawai lain membuat aku tak bisa keluar bersama pegawai lain.

Di Surabaya ini nyaris aku tak punya kenalan. Untungnya lama kelamaan aku jadi terbiasa dengan kesendirian. Setiap liburan akhir pekanku selama ini juga kulalui sendirian. Aku akan memandang orang berlalu lalang bercengkerama dengan keluarganya atau melihat pasangan berjalan bergandengan tangan.

Setiap tahun bermunculan mall dengan segala konsep. Aku pun mulai menjelajahinya satu-persatu. Aneka taman juga mulai giat dibangun. Aku mencoba menikmati semuanya.

Dalam kesendirianku itu aku berharap di suatu sudut aku akan menemukan Yoga. Dunia bukanlah film atau sinetron. Surabaya begitu luas. Peluang untuk bertemu dengan seseorang secara tidak sengaja adalah sesuatu yang hampir mustahil. Dan saat aku menyadari itu aku merasa begitu sedih.

Sebelum aku kembali terkadang aku menghabiskan waktu beberapa jam untuk berkenalan dengan dunia internet yang kini telah melanda dunia. Aku ingin menghibur diri sendiri. Aku bisa berkenalan dan berchatting dengan orang-orang di dunia luar sana saat memasuki website friendster. Banyak anak muda yang kecanduan internet. Anak muda kebanyakan rela berjam-jam menghabiskan waktunya di warnet.

Aku sendiri tak bisa berlama-lama. Biaya internet perjam tergolong masih mahal menurut ukuran gajiku. Gajiku tak mungkin aku habiskan di warnet saja. Aku mengutamakan biaya hidup juga jatah untuk keluargaku. Aku sendiri mulai menabung meski jumlahnya tak seberapa.

Saat aku kembali biasanya aku akan membeli sebungkus makanan pinggir jalan dan beberapa kaset CD film sewaan. Aku sangat suka nonton film. Untuk nonton secara langsung di bioskop juga tak mungkin. Jadi aku lebih suka menyewanya. Banyak sekali pilihan CD yang bisa disewa. Dari berbagai genre baik film luar ataupun dalam negeri.

Dan hari ini aku kembali ke klinik Kedung Kemiri menjelang Maghrib. Aku tak perlu kaget dengan suguhan adegan mesra antara mbak Arin dan juga mas Bowo. Hari ini malam minggu. Jadwal mas Bowo berkunjung. Saat itu klinik sepi jadi aku melihat mbak Arin bercengkrama di depan klinik bersama mas Bowo. Tampak dr. Syantik duduk di meja depan sambil menonton acara TV. Aku menawarkan gorengan dan meletakkannya di meja pendaftaran. Aku yakin dr. Syantik juga tak punya pacar.

"Wah gimana pulang kampungnya Mbak Win?" sapa dr. Syantik meraih sebuah tahu isi dari bungkusan.

"Lumayanlah meskipun nggak bisa nginep," jawabku duduk di samping dr.Syantik. Melihat dr.Syantik duduk sendirian aku ingin menemaninya saja.

Kemudian mbak Arin masuk bersama seorang pasien yang ingin berobat. Setelah aku mendata pasien itu mbak Arin dan juga dr. Syantik masuk ke ruang periksa. Pasien itu adalah pasien yang membutuhkan perawatan luka. Tak lama setelah itu mas Bowo pacar mbak Arin duduk di kursi tunggu pasien.

Lihat selengkapnya