Balada Admin Klinik

Dwiend
Chapter #21

Sungguh tak Sopan

Dr. Syantik menatapku dengan wajah keheranan. "Mbak Win baik-baik saja? Siapa dia?" tanyanya khawatir.

"Dia mengaku adik dari mbak Asih. Katanya ia adalah calon sarjana hukum dan kerabatnya ada yang seorang lawyer," seruku masih sedikit shock dengan ancaman adik mbak Asih.

"Ngakunya adik mbak Asih, tapi siapa yang tahu dia sebenarnya siapa. Tenang saja Mbak, jangan kepengaruh. Lucu sekali. Wong saksinya sudah jelas kok." Dr. Syantik menggelengkan kepalanya.

Aku hanya bisa meraih segelas air dan meneguknya untuk menenangkan diri. Mungkin memang dia bukan adik mbak Asih. Entahlah. Namun, pada kenyataannya memang ancamannya itu hanya isapan jempol belaka. Pria muda itu tak pernah muncul lagi di klinik.

Pria yang kini malah sering muncul di klinik adalah mas Soni, kekasih dr. Syantik. Pasangan ini bertambah mesra saja. Bisa dibilang mereka bucin akut. Mas Soni seorang pria berkumis tipis dengan wajah sangat kebapakannya sering menunggui dr. Syantik ketika bertugas.

Suatu hari aku dikejutkan oleh kedatangan dr. Syantik secara tiba-tiba. Ini bukan hari di mana ia berjaga di klinik. Ini hari Sabtu dan ini masih sangat pagi. Dr. Syantik datang diantar sebuah taksi. Ia membawa sebuah tas besar. Saat itu aku baru akan membersihkan teras klinik.

"Dr. Syantik?!" seruku menatapnya penuh tanda tanya.

Wajahnya terlihat murung.

"Mbak boleh kita bicara sebentar," ujarnya tampak sangat serius.

Aku hanya mengangguk dan berjalan masuk. Kutinggalkan sapu dan lap pembersihku.

Kami duduk di dapur saling berhadapan.

"Mbak Win boleh nggak aku tinggal di sini untuk sementara waktu? Aku akan ijin secara langsung pada mbak Nissa," pinta dr. Syantik yang tak bisa menyembunyikan kegalauan hatinya.

Tak ada alasan aku menolak kehadiran dr. Syantik. Apalagi status dia di sini adalah dokter tetap. Lagian klinik ini bukan milikku. Aku tak punya wewenang sama sekali.

"Aku sangat senang kalau Dokter bisa di sini. Tapi, maaf kenapa begitu tiba-tiba," ucapku tak bisa menahan rasa penasaranku.

"Aku memilih pergi dari rumah. Kedua orang tuaku tak menyetujui hubunganku dengan mas Soni. Mereka tak setuju hanya karena mas Soni tak punya gelar dan hanya seorang sales motor," terang dr. Syantik begitu kecewa.

"Kurasa memang ada benarnya orang tua Dokter. Tiap orang tua pasti menginginkan yang terbaik bagi anaknya," kataku mencoba bersikap netral.

Lihat selengkapnya